POTENSI PONDOK
PESANTREN DAN UPAYA PENGEMBANGAN SERTA PEMBINANNYA
MAKALAH
Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Manajemen Pendidikan Diniyyah dan Pesantren
Dosen pengampu : Dr. H. Fatah Syukur NC, M. Ag.
Di Susun Oleh :
Syukron Ni’am ( 1403036091 )
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
Pendahuluan
Pondok pesantren merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok
dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran islam dengan sistem bandongan,
sorogan ataupun wetonan. Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa pondok
pesantren memiliki program pendidikan yang disusun sendiri (mandiri) dimana
program ini mengandung proses pendidikan formal, non formal, maupun informal
yang berlangsung sepanjang hari dalam satu pengkondisian di asrama. Sehingga
dari sini dapat dipahami bahwa pondok pesantren secara institusi atau
kelembagaan dikembangkan untuk mengekfektifkan dampaknya, pondok pesantren
bukan saja sebagai tempat belajar melainkan merupakan proses hidup itu sendiri,
pembentukan watak dan pengembangan sumber daya.
Sebagai lembaa
pendidikan yang tertua di Indonesia, pesantren merupakan lembaga pendidikan
yang memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan lembaga-lembaga
pendidikan lainnya. Kekhasan tersendiri yang dimiliki oleh pondok pesantren
merupakan sebuah potensi yang sangat besar bagi pondok pesantren. Dengan
potensi yang dimilikinya, pondok pesantren bisa tetap bertahan hingga sekarang.
Namun dengan
seiring berjalannya waktu, pondok pesantren dituntut untuk melakukan suatu
upaya dalam pengembangan dan pembinaan terhadap potensi-potensi yang
dimilikinya. Upaya ini dimaksudkan agar pondok pesantren bisa menjawab respon
masyarakat yang menuntut agar pondok pesantren bisa bersaing dengan
lembaga-lembaga pendidikan yang lainnya.
Pleh larena itu, dalam makalah ini akan
membahas mengenai potensi pondok pesantren serta upaya pengembangan dan
pembinaannya.
II.
Rumusan
Masalah
A.
Apa
pengertian potensi pondok pesantren?
B.
Apa
saja potensi pondok pesantren?
C.
Bagaimana
upaya pengembangan dan pembinaan potensi pondok pesantren?
III.
Pembahasan
A.
Pengertian
potensi pondok pesantren
Kata “potensi” dalam kamus besar
Bahasa Indonesia mempunyai arti yaitu kemampuan yang mungkin dikembangkan.[1]
Sedangkan pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran yang menekankan
pelajaran agama islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang
bersifat permanen. Maka pengertian potensi pondok pesantren yaitu suatu
kemampuan yang dimiliki oleh pondok pesantren yang mempunyai kemungkinan untuk
bisa dikembangkan kearah lebih baik untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang
telah ditentukan pondok pesantren tersebut.
Pada dasarnya potensi di pondok
pesantren ini mempunyai tujuan untuk proses pengembangan dan pembinaan untuk
mencapai visi misi di pondok pesantren serta menggali bakat terpendam yang
dimiliki santri agar dapat dimaksimalkan.
B.
Potensi-potensi
pondok pesantren
Pesantren memiliki peran tinggi di
masyarakat, apalagi jika mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Berbagai
potensi pondok pesantren diantaranya:
1.
pusat
pendidikan islam
Pondok pesantren pada dasarnya merupakan
lembaga pendidikan yang mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu
pengetahuan agama islam seperti fiqih, tauhid, tafsir, hadits, tasawuf, bahasa
arab, dan lain sebagainya.[2] Dengan
demikian, secara tidak langsung pondok pesantren telah menjadikan posisinya
sebagai pusat pengkajian masalah keagamaan islam, dalamk kata lain pondok
pesantren berperan sebagai pusat kajian islam.
Sebagai lembaga pendidikan, pesantren
ikut bertanggung jawab terhaap proses kecerdasan bangsa secara keseluruhan,
sedangkan secara khusus pesantren bertanggung jawab terhadap atas kelangsungan
tradisi keagamaan (islam) dalam artian yang seluas-luasnya. Dari titik pandang
ini pesantren berangkat secara kelembagaan maupun inspiratif, mendukung secara
penuh tujuan dan hakekat pendidikan manusia itu sendiri yaitu membentuk manusia
mukmin sejati yang punya kualitas moral dan intelektual.
Saat ini masih banyak dijumpai
pesantren-pesantren yang tetap mempertahankan model tradisi pendidikannya yaitu
pendidikan klasik. Sebagaimana awal sistem pengajaran itu sendiri,
pesantren-pesantren cenderung menamakan dirinya sebagai pesantren “salaf”
karena acuan keilmuannya bertumpu pada kitab-kitab karangan ulama’ salafiyah.
Walaupundemikian lambat laun berkembang dan sedikit banyak mulai membuka
dirinya pada dunia luar, tentunya dengan penyaringan yang cukup hebat.
Pondok pesantren merupakan lembaga
pendidikan tempat mencetak pemuda-pemudi islam menjadi manusia muslim seutuhnya
yang mendapat keridhoan Allah dengan membentuk sikap mental mereka, agar mereka
mampu membebaskan dirinya dari kebodohan, kemiskinan, kepicikan, ketergantungan
dan segala macam penyakit lainnya, baik individual maupun sosial.
Pesantren-pesantren pada awalnya memang
berdiri dengan sarana yang relatif sederhana. Sehingga metode pendidikannya pun
cukup unik. Kita mengenal metode sorogan, bandongan. Model seperti ini hingga
saat ini masih berjalan. Namun demikian perkembangan sarana yang lebih lengkap
pendidikan pesantren mulai memakai model klasikal, sebagaimana umumnya.
Beberapa elemen lain yang mewarnai
tradisi pendidikan pesantren antara lain para santri berada dalam satu
asrama/pondok. Kekuatan komunitas dan sistem asrama ini membuka hubungan
solidaritas dan kekeluargaan yang baik sesama santri. Dalam setiap asrama
biasanya para santri ditempatkan dalam kamar-kamar pada satu kelompok. Berbagai
aktivitas keorganisasian seperti latihan pidato, latihan kepemimpinan, serta
latihan-latihan keterampilan lainnya.
2.
lembaga
pengembangan dakwah
dakwah islamiyah dapat diartikan sebagai
penyebaran atau penyiaran ajaran dan pengetahuan agama islam, baik itu berupa
ajaran atau seruan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan maupun berupa
uswatun hasanah. Tugas pesantren adalah penyebaran ajaran dan pengetahuan agama
islam. untuk itu pesantren mempersiapkan santri untuk menjadi orang alim dalam
ilmu agama serta mengamalkan dan mendakwahkannya kepada masyarakat.[3]
Sebagai lembaga amar makruf nahi mungkar
pesantren punya tugas yang cukup serius, yaitu secara positif sebagai lembaga
dakwah. Apa yang kemudian dilakukan oleh pesantren secara institusional
berfungsi sebagai institusional dakwah. Sedangkan selama ini dakwah biasanya
dilakukan oleh perorangan untuk menyebarkan ajaran-ajaran islam atau
organisasi-organisasi keagamaan yang memprioritaskan diri dalam lapangan
dakwah.
Dakwah secara kelembagaan yang dilakukan
oleh pesantren disamping secara fungsional (melalui fungsi-fungsi pendidikan
dan kulturalnya), yang lebih penting juga adanya objek dakwah secara aktual
dengan terlibat langsung mengenai objek dakwah melalui kegiatan-kegiatan yang
bersifat sosial kemasyarakatan. Dengan demikian pondok pesantren diharapkan
mampu mencetak manusia muslim selaku kader-kader penyuluh atau pelopor
pembangunan yang takwa, cakap, berbudi luhur untuk bersama-sama bertanggung
jawab atas pembangunan dan keselamatan bangsa serta mampu menempatkan dirinya
dalam mata rantai keseluruhan sistem pendidikan nasional, baik pendidikan
formal maupun non formal dalam rangka membangun manusia seutuhnya.[4]
3.
Kemandirian
Pondok pesantren merupakan tempat untuk
berlatih mengurus diri sendiri. Kemandirian merupakan kemampuan santri untuk
mengambil dan melaksanakan keputusan secara bebas, misalnya keputusan yang
bersifat rutinitas harian. Terkait dengan kebiasaan santri yang bersifat
rutinitas menunjukkan kecenderungan santri lebih mampu dan berani dalam
mengambil dan melaksanakan keputusan secara mandiri, misalnya pengelolaan
keuangan, perencanaan belanja, perencanaan aktivitas rutin, mencuci baju
sendiri, bertanggung jawab dengan alat0alat belajarnya sendiri dan sebagainya.
Pendidikan yang seperti inilah, santri
tidak hanya diajarkan melainkan juga disuruh untuk mempraktekkan untuk bersikap
mandiri. Dan pendidikan yang seperti inilah yang ditanamkan oleh orang tua kita
kepada kita semua, agar kita menjadi orang yang dapat menolong diri sendiri,
bukan hanya menggantungkan diri kepada orang lain.[5]
4.
ukhuwah
Ukhuwah (persaudaraan) merupakan
hubungan persaudaraan antar santri dan merupakan watak santri dan pesantren.
Ajaran ukhuwah atau persaudaraan ini sudah diperkenalkan sejak dini
dalam sistem pendidikan pesantren dan hal itu harus terus ditingkatkan serta
diajarkan secara proporsional dan transparan sehingga santri mampu bersaudara
dengan orang lain, terutama dengan pihak-pihak yang memiliki pola pemikiran dan
pola kehidupan yang bebeda.
Persaudaraan yang terhormat harus didasari oleh ilmu dan kesadaran
bahwa islam adalah agama yang menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (islam
rahmatan lil ‘alamin).[6]
Dengan demikian kehidupan santri akan rukun, damai, jauh dari pengakuan sebagai
pihak yang paling benar, dan jauh dari sikap buruk sangka terhadap orang lain.
Persaudaraan yang riil harus diperuntukkan bagi kepentingan kebenaran dan
keadilan semata serta dalam rangka mencari ridha Allah. Kemampuan inilah yang
kan menjadi modal penting bagi para santri ketika terjun salam masyarakat yang
sesungguhnya kelak.[7]
5.
Pendidikan
full day & sepanjang masa
Pesantren adalah sistem pendidikan yang melakukan kegiatan setiap
hari (full day). Santri tinggal di asrama dalam satu kawasan bersama
guru, kyai, dan senior mereka. Oleh karena itu, hubungan yang terjalin antara
santri, guru, serta kyai dalam proses pendidikan berjalan intensif. Tidak
sekedar hubungan formal ustadz santri di dalam kelas. Dengan demikian kegiatan
pendidikan berlangsung sepanjang hari. Dari pagi hingga malam hari. Sistem ini
membawa banya keuntungan antara lain:
a.
Pengasuh
mampu melakukan pemantauan secara leluasa hampir setiap saat terdapat perilaku
santri baik yang terkait dengan upaya pengembangan intelektualnya maupun
kpribadiannya.
b.
Proses
pembelajaran dengan frekuensi yang tinggi dapat memperkokoh pengetahuan yang
diterimanya.[8]
6.
Pendidikan
Murah
Pesantren merupan sistem pendidikan yang
murah biayanya. Biaya yang murah ini bisa dilihat dari adanya sebagian
pesantren yang tidak membebankan sepersenpun kepada para peserta didiknya.
Tugas para santri adalah melakukan pengkajian dan pengajian terhadap berbagai
disiplin ilmu keagamaan. Sedangkan kebutuhan hidup peserta didik menjadi
kewajiban pengasuh.[9]
Faktor biaya yang murah ini menjadikan pesantren sebagai alternatif lembaga
pendidikan dikalangan masyarakat luas untuk dapat mencerdaskan anak bangsa.
7.
Potensi
Kemasyarakatan
Betapa besarnya potensi pesantren dalam
pengembangan masyarakat, potensi tersebut akan menjadi peluang strategis
pembangunan masyarakat desa. Dan memang kenyataan yang berlangsung bahwa secara
moril pesantren adalah milik masyarakat luas, sekaligus sebagai anutan berbagai
keputusan sosial, politik, agama, dan etika. Berdirinya pesantren pada mulanya
adalah lembaga pendidikan umat islam pedesaan yang berfungsi untuk konservasi
tradisi keagamaan yang dijalankan oleh umat islam tradisionalis.[10]
Pada akhir-akhir ini terdapat suatu
kecenderungan fungsi pondok pesantren bukan saja sebagai lembaga agama
melainkan juga sebagai lembaga sosial. Tugas yang digarapnya bukan saja masalah
agama tetapi juga menanggapi masalah kemasyarakatan. Tugas kemasyarakatan
pesantren sebenarnya tidak arti tugas keagamaannya, karena dapat juga berupa
penjabaran nilai-nilai hidup keagamaan bagi kemaslahatan masyarakat luas.
Dengan tugas seperti itu pesantren akan dijadikan milik bersama didukung dan
dipelihara oleh kalangan luas.
C.
Upaya
pengembangan dan pembinaan potensi pondok pesantren
Upaya pengembangan potensi pondok
pesantren adalah suatu upaya untuk mencapai sasaran kaitannya dengan potensi
santri agar dapat berjalan secara efektif dan efisien, namun dengan catatan
apabila di dalamnya diolah konsep manajemen dan komunikasi secara manajemen dan
komunikasi secar sistematis. Upaya pengembangan tersebut diantaranya:
1.
Penerapan
manajemen
Penerapan manejemen secara professional
dapat mempertahankan eksistensi lembaga pendidikan yang dimanage dalam rentang
waktu yang lama disamping dapat mengantarkan kemajuan lembaga.[11]
Sebagaimana kita ketahui menajemen merupakan kelemahan pondok pesantren. Tidak
ada delegasi kewenangan unit-unit kerja organisasi, semua bergantung pada kyai
pola berpikir, berperilaku, dan bertindak. Oleh karena itu perlu adanya proses
pengembangan supaya semua pihak mampu berperan sesuai dengan kapasitas mereka
masing-masing dalam menjalankan roda organisasi sehingga membentuk suasana
kolektif terbuka. Masing-masing mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri secara
professional. Kolektivitas ini memungkinkan terjadinya sharing pandangan,
berlakunya kontrol atau pengawasan, ada pengkaderan dan dapat mempertahankan
kelangsungan pesantren setelah kiainya wafat.
Aktivitas manajemen setiap lembaga atau
organisasi (termasuk pesantren) selalu berkaitan dengan usaha-usaha
mengembangkan dan memimpin suatu tim kerjasama dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada. Semuanya ini untuk mencapai tujuan pre determine objekctive.[12]
2.
Penataan
kurikulum
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin
dahsyat, karena itu pesantren tidak cukup untuk mentransfrkan ilmu , tetapi
lebih dari itu lagi yakni meningkatkan kemampua belajar. Rancangan kurikulumpun
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan masa kini dan masa depan. Ada
empat pilar ilmu yang mesti diberikan kepada peserta didik: pertama,
ilmupengetahuan keagamaan. Kedua, ilmu pengetahuan kealaman. Ketiga, ilmu
pengetahuan sosial, dan keempat ilmu pengetahuan humaniora. Keempat pilar ilmu
dijabarkan dalam bentuk mata pelajaran yang diberikan dalam bentuk kurikuler
dan ekstrakurikuler.
3.
Penguatan
tradisi dan orientasi akademik
Sekarang in pondok pesntren khususnya
salafiyah lebih mencerminkan sebagai lembaga dakwah daripada akademik. Oleh
karena itu alumninyapun menjadi dai atau mubaligh. Pondok pesantren
mentradisikan karakter sebgaai agamawan daripada ilmuan. Melalui penguatan
tradisi dan orientas akademik, dapat ditradisikan karakter keilmuan seperti
sikap kritis, analitis, objektif, rasional, empiris, dan historis sehingga
mampu membangun idealisme yang kokoh dalam mewujudkan kemajuan peradaban dan
kebudayaan islam terutama ilmu pengetahuan.[13]
Oleh karena itu jika diorientasikan sebagai lembaga akademik, pesantren menjadi
potensial menghasilkan karya-karya besar yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
4.
Proses
pembelajaran
Proses pembelajaran termasuk di dalamnya
kualitas tenaga pendidik. Tenaga pendidik yang berkualitas adalah kondisi yang
tidak bisa ditawar guna meningkatkan mutu pendidikan. Karena itu, pendidik
mesti memiliki kompetensi seperti yang telah dikemukakan terdahulu. Selain itu
semua perlu diperhatikan pula fasilitas pembelajarannya. Pembelajaran yang
biasanya hanya menggunakan metode sorogan dan wetonan perlu adanya pengembangan
lagi agar potensi-potensi santri bisa dimaksimalkan lagi.
5.
Pembentukan
karakter
Pembentukan karakter seperti yang
diharapkan ini tidak semuanya tergantung pada transfer of knowledge, mesti
dirancang dalam pendidikan kita transfer of values (transfer
nilai-nilai). Nilai positif yang telah menjadi watak bangsa kita atau watak
bangsa lain yang positif dan perlu kita tiru, perlu ditransferkan kepada
peserta didik kita. Karena tidak cukup hanya dengan mentransferkan ilmu saja,
perlua ada pendidikan motivasi, disiplin, jujur, kerja keras, berkompetensi,
dan lain sebagainya.
6.
Pembentukan
watak bekerja
Manusia bekerja bukan sekedar untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, tapi untuk menunjukkan keberadaannya. Begitulah
pentingnya bekerja. Manusia sejak dini mesti diberi orientasi kerja. Orientasi
kerja tidak sama dengan membuat pelatihan kerja. Yang paling diutamakan disini
persepsi dan tanggapan mereka tentang kerja. Dalam upaya pembinaan potensi
pesantren, santri dibekali keterampilan hidup tujuannya agar santri mampu hidup
mandiri ditengah-tengah masyarakat. Pemberian keterampilan ini khususnya dalam
bidang pertanian, agar bisa menjadi bekal para santri disamping untuk menunjang
ekonomi pesantren.[14]
IV.
Analsisis
Pondok pesantren adalahsuatu lembaga pendidikan islam yang di
dalamnya mencakup unsur kyai yang merupakan tuan guru sebagai tokoh utamasantre
sebagai peserta didik, kitab sebagai bahan belajar, masjid sebagai pusat
lembaga dan menampung peserta didik, yang belajar untuk mendalami suatu ilmu agama
islam. pesantren juga merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia.
Pesantren terkenal akan suraunya, santrinya yang hidup denan kesederhanaan
hingga kini sejak awal berdirinya hingga sekarang ini pesantren memiliki
kekhasan sendiri. Kekhasan tersendiri inilah yang membedakan pesantren dengan
lembaga-lembaga pendidikan yang lainnya. Pondok pesantren mempunyai tiga fungsi
utama yang senantiasa diembannya, yaitu:
1. sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama
2. sebagai lembaga yang mencetak sumberdaya manusia
3. sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan
pada masyarakat
Pondok pesantren
juga merupakan agen proses perubahan sosial ditengah arus globalisasi yang
pesat ini, pesantren tetap kokoh memegang jati diri yang dimilikinya. Hal
tersebut dapat diaplikasikan pada kekhasan pesantren sampai sekarang ini yang
merupakan sebuah potensi yang sangat besar bagi pondok pesantren. Diantara
potensi pondok pesantren tersebut adalah pusat pendidikan islam, lembaga
pengembangan dakwah, kemandirian, ukhuwah, pendidikan full day, pendidikan
murah, dan potensi kemasyarakatan. Dengan segala potensi yang dimilikinya
pondok pesantren mampu bertahan dan bisa menjadi pendidikan alternatif bagi
masyarakat luas
V.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dap diambil dari pembahasan di atas adalah pndok
pesantren merupakan sebuah lembaga pendididkan yang memberikan pengajaran ilmu-ilmu
keagamaan secara intensif dan dikatakan unik karena memiliki kekhasan sendiri.
Pondok pesantren memiliki kekhasan kerena terdapat potensi-potensi besar.
Potensi pondok merupakan kemampuan yang dimiliki pondok pesantren yang
mempunyai kemungkinan untuk bisa dikembangkan kearah yang lebih baik sesuai
cita-cita pondok pesantren tersebut.
Potensi pondok
pesantren tersebutmerupakan bakat atau kemampuan yang dapat digali kemudian
dikembangkan atau dibina. Potensi pondok pesantren tersebut diantaranya: Pusat
pendidikan islam, lembaga pengembangan dakwah, kemandirian, ukhuwah, pendidikan
full day, pendidikan murah, serta potensi kemasyarakatan.
Pada dasarnya
potensi pondok pesantren ini bertujuan untuk proses pembinaan dan pengembangan
untuk mencapai visi pondok pesantren. Maka dalam upaya pencapaian
potensi-potensi tersebut perlu adanya pengembangan serta pembinaan. Upaya
pengembangan dan pembinaan yang bisa dilakukan pesantren diantaranya adalah
penerapan manajemen, penataan kurikulum, penguatan tradisi dan oorientasi
akademik, proses pembelajaran, pembentukan karakter, serta pembentukan watak
bekerja. Pengembanagn dan pembinaan ini bertujuan melahirkan santri-santri yang
tafaquh fiddin, serta untuk memajukan pondok pesantren itu sendiri.
VI.
Penutup
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat memberikan manfaat kepada
pembaca pada umumnya, dan dapat memberikan suatu pemahaman kepada pemakalah
secara khususnya. Sekian apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan
makalah ini, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Dari pemakalah
minta maaf atas kekurangan yang ada dan atas perhatian pembaca pemakalah
mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Haidar
Putra. Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta. 2009.
Daulay, Haidar
Putra. Sejarah Pertumbuhan, dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta;
Kencana. 2009.
Diktat dalam
pekan perkenalan di Pondok Pesantren Modern Gontor. Ponorogo: Darussalam
Pers.
Halim, dkk. Manajeen
pesantren. Yogyakarta: Pelangi Aksara. 2005
Maunah, Binti. Tradisi
Intelektual Santri. Yogyakarta: Teras. 2009.
Moh Roqib, Ilmu
Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga,, dan
Masyarakat. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang. 2009.
Qomar, Mujamil.
Menggagas Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014. Qomar, Mujamil. Pesantren dari
Transformasi Metodologi Menuju Demkratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.
2002.
. Yasin, Fatah.
Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press. 2008.