Senin, 12 September 2016

Pengembangan Kurikulum



              I.     PENDAHULUAN
Tentu telah kita pahami bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya sebuah kurikulum, dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Guru akan kesulitan menjabarkan urutan dan cakupan materi pembelajaran yang ditempuhnya, proses pembelajaran yang diselenggarakan, alat/media yang digunakan, penilaian yang perlu dilakukan, dsb. Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran, yang selanjutnya memiliki dampak terhadap masalah administrative pelaksanaan  proses pembelajaran.
Selain itu organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan  bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian yang tidak kalah penting organisasi kurikulum menentukan  peranan guru dan siswa dalam pembinaan kurikulum.
Dengan demikian apabila masing-masing guru dan siswa dapat melaksanakan kurikulum secara efektif dan efisien maka tujuan pendidikan akan tercapai secara maksimal.
      II.          RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Pengertian Organisasi Kurikulum?
2.      Apa Saja Model Organisasi Kurikulum?
3.      Bagaimana yang dimaksud dengan Subject Matter Based Curriculum?
4.      Bagaimana yang dimaksud dengan Problem Based Curriculu?
5.      Bagaimana yang dimaksud dengan Learner Based Curriculum?
6.      Apa saja faktor-faktor dalam mengorganisasi kurikulum?
7.      Bagaimana langkah mereorganisasi kurikulum?
   III.          PEMBAHASAN
1.                  Organisasi Kurikulum (Curriculum Organization)
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang di sampaikan kepada peserta didik guna tercapainya  tujuan pendidikan atau pembelajaran yang di tetapkan. Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, sebab menetukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang akan di sajikan kepada terdidik dan menentukan peranan pendidik dan terdidik dalam implementasi kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang secara tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan atau sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung kepada beberapa factor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua murid.
Dalam proses pengembangan kurikulum organisasi berperan sebagai suatu metode untuk menentukan  seleksi dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar yang di selaenggarakan oleh sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan peranan guru, peserta didik dan lain-lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan kurikulum. Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur vertical. Struktur horizontal berhubungan dengan masalah  pengorganisasian atau penyusunan bahan pelajaran kedalam pola tertentu, sedangkan struktur vertikal berhubungan dengan masalah  system-sistem pelaksanann kurikulum sekolah, termasuk di dalamnya system pengalokasian waktu. [1]
Sama halnya penjelasan Tyler yang dikutip oleh Zaenal di mengatakan dimensi dari organisasi kurikulum dari dua bentuk hubungan kesempatan belajar yaiitu vertikal dan horizontal. Vertical is concerned with the longitudinal arrangement of curriculum elements  atau terkit dengan dimensi waktu. Sedangkan horizontal tenang lingkungan dan muatan pelajaran, horizontal organization is concerned with the side by side arrangement of curriculum components.[2]
Model organisasi kurikulum
Pengorganisasian kurikulum terdiri atas beberapa jenis yaitu: 1) kurikulum berdasarkan mata pelajaran (subject matter curriculum) yang mencakup mata pelajaran terpisah-pisah (separate subject curriculum), dan mata pelajaran gabungan (correlate subject curriculum); 2) kurikulum terpadu (integrated curriculum) yang berdasarkan pada fungsi sosial, masalah, minat, kebutuhan, berdasarkan pengalaman peserta didik; 3) berdasarkan kurikulum inti (core curriculum).[3]
I.                        Kurikulum Berbasis Mata Pelajaran (Subject Matter Based Curriculum)
Oliva mengatakan bahwa Subject Matter Based Curriculum is an organizational pattern that breaks the school’s program int discrete subjects or disciplines. Essentialistic in outlook, the Subject Matter Based Curriculumseeks to transmit the cultural heritage. The subjects or disciplines organize knowledge from the ault world in such away that it can be transmitted to the immature learner. [4]
The content of the Subject Matter Based Curriculumis unlike that of the experience  curriculum, planned in advance by the teacher or more acccurately, by the writers of the adopted textbooks or curriculum guides that the teacher follows, the needs and the interests of the learners play little part in the curriculum that is organized around the disciplines. Unlike the activity or experience curriculum or the core curriculum, Subject Matter Based Curriculum is well understood by the public, students, and the profession and the for the most part has met with general favor.yhe methodology followed inthe subject matter curriculum is rather straighforwards. The teacher is the expert inthe field and is likely to pursue a set of porcedures that some instructional specialist refer to as the “assign, study, recite,test” method. [5]
Seperti halnya yang dipaparkan oleh Nanang bahwa Subject Matter Based Curriculum atau Subject centered design curriculum merupaka bentuk design yang paling populer paling tua dan paling banyak digunakan. Subject Matter Based Curriculum atau Subject centered design curriculum kurikulum dipusatkan pada isi atau meteri yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata pelajaran,dan antar mata pelajaran diajarkan secara terpisah(sparated).
Subject Matter Based Curriculum atau Subject centered design curriculum berkembang dari model klasik yang menekankan sisi kognitif, nilai, dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya untuk mewariskan kepada generasi setelahnya. Krena mengutamakan isi maka Subject Matter Based Curriculum atau Subject centered design curriculum bisa juga disebut dengan Subject academic curriculum.[6]
Subject matter curriculum meliputi
                                               I.          Mata pelajaran terpisah-pisah (separate subject curriculum)
Pada bentuk ini bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, dimana antara mata pelajaran yang satu dan lainya menjadi terpisah dan tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis dari mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.
                                            II.          Mata pelajaran gabungan (correlate subject curriculum)
Correlate subject curriculum sebuah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu pelajaran dengan mata pelajaran lainya, tetapi tetap memperhatikan ciri atau karakteristik tiap bidang studi tersebut. Korelasi antar bidang studi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
                                 I.          Insidental atau terjadi secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran satu dan lainya di mata pelajaran IPA juga disinggung tentang geografi. [7] Contoh konkritnya pada mata pelajaran ipa kelas V semester II tentang lingkungan diperkenalkan bentuk muka bumi, jumlah lapisan bumi, bentuk batuan, proses terjadinya batuan sedimen, endapan, malihan.
                              II.          Hubungan lebih erat misal suatu pokok bahasan bisa diperbincangkan dalam berbagai bidang studi.
                           III.          Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan batasan masing masing atau biasa disebut Broad field. dalam kurikulum dikenal lima macam  Broad field yaitu IPS yang melebur dari mata pelajaran ilmu bumi, sejarah, civic hukum, ekonomi. BAHASA merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, menulis, sastra, tata bahasa, antropologi. IPA peleburan dari mata pelajaran tentang ilmu kehidupan, kesehatan, ilmu kimia, ilmu alam. MATEMATIKA merupakan peleburan dari aljabar, ilmu hitung, statistik, ilmu ukursudut, ruang, bidang. KESENIAN peleburan dari mata pelajaran tari, gambar, menyanyi, memahat, bermain peran atau drama. [8]
Kelebihan Broad Field curriculum, antara lain:
                                 I.          Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, dimana dalam pelajaran yang disajikan disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu.
                              II.          Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara berbagai bidang studi.
                           III.          Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mendalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai bidang studi.
                           IV.          Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional.
                              V.          Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta
Kekurangan Broad Field curriculum, antara lain:
                                      I.      Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta didik.
                              II.          Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata pelajaran.
                           III.          Urusan pnyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis.
                           IV.          Kebanyakan di antara para guru tidak atau kurang menguasai antar disiplin ilmu sehingga dapat mengaburkan pemahaman peserta didik.[9]
V.                         Kurikulum Berbasis Masalah (Problem Based Curriculum)
Problem Based Curriculum berpangakal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia, berbeda dengan Learner Based Curriculum yang mengutamakan manusia atau peserta didik secara individu. Problem Based Curriculum menekankan manusia dalam kesatuan kelompok atau kesejahteraan masyarakat.
Pangkal asumsi dari Problem Based Curriculum adalah manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama manusia mengalami permasalahan bersama yang harus dipecahkan secara bersama juga untuk meningkatkan kehidupan mereka.
Problem Based Curriculum disusun sebelumnya (preplanned) isi kurikulum berupa maslah-masalah sosial yang sering dihadapi peserta didik sekarang maupun tantangan masa depan. Kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan, dan kemampuan peserta didik. Problem Based Curriculum menekankan pada isi maupun kemampuan peserta didik. Minimal ada dua variasi model desain kurikulum dalam kurikulum ini yaitu The areas of living design dan The core design.[10]
I.                        The areas of living design
Kurikulum ini dimulai sejak abad 19 oleh Herbert Spencer yang memperhatikan masalah kehidupan sebagai dasar penyusunan kurikulum, seperti learner Based curriculum. Menekankan prosedur belajar melalui proses dan yang bersifat isi diintegrasiakan. Penguasaan materi yang bersifat pasif di rangsang, dan menitik beratkan situasi nyata dari peserta didiksebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang kehidupan. Ada beberapa kelebihan dan kelemahan diantaranya mendorong penggunaan sistem belajar pemecahan masalah, menyediakan bahan ajar yang relevan, membawa peserta didik lebih dekat dengan masyarakat. Kurangnya atau lemahnya integritas dan kontinuitas dalam organisasi kurikulum, mengabaikan kearifan lokal atau budaya, buku dan media tidak banyak dan tidak digunakan secara baik yang menimbulkan banyak kesulitan.
II.                        The core design
Model pendidikan atau program pendidikan yang memberikan pendidkan umum. Lazim diartikan juga dengan kelompok mata pelajaran dasar umumyang mengarahkan pada pengembangan kemampuan pribadi dan sosial.
Adapun variasinya melahirkan design kurikulum the sparate subject core, the correlated core, the fused core, the activity or experience core, the social problems core. Kelebihanya seimbang muatan isinya, mencetak manusia ideal rasio kognitifnya, empirismenya atau pengamatanya, perasaan atau afektifnya, dan kepercayaan. namun kurang memperhatikan proses.[11]


III.                        Kurikulum Berbasis Peserta didik (Learner Based Curriculum)
Bentuk kurikulum ini mengutamakan peran peserta didik. Dalam proses pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Pendidik hanya berperan menciptakan suasana belajar mengajar, mendorong dan hanya memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. learner based curriculum menekankan pada perkembangan peserta didik. Dasarnnya adalah konsep belajar Rosseu yang menekankan proses pembelajaran dan pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan, dan tujuan peserta didik.
Kurikulum ini muncul sebagai reaksi maupun penyempurnaan terhadap  Subject matter based curriculum jika subject matter based curriculum mengutamakan pelestarian budaya dengan mengutamakan peranan isi kurikulum maka learner based curriculum memberikan tempat utama kepada pesera didik. Peserta didik dianggap suatu makhluk hidup yang mempunyai potensi berbuat berperilaku, dan berkembang sendiri. [12]
IV.                        Faktor Faktor Dalam Organisasi Kurikulum
                                           I.         Ruang lingkup (scope)
Menunjukkan keseluruhan dan batas bahan pelajaran. Bahan pelajaran itu terseleksi dan dianggap penting karena dissesuaikan dengan tugas dan kepentingan peserta didik. Contohnya melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.hal ini sesuai dengan prinsip fleksibelitas.
                                        II.         Urutan (sequence)
Urutan dalam menyampaikan materi dalam pembelajaran. Materi mana yang harus disampaikan terlebih dahulu, materi yang disampaikan hendaknya dimulai dari hal yang sederhana terlebih dahulu baru ketingkat rumit.
                                     III.         Kesinambungan (continuity)
Bentuk peningkatan, pendalaman, dan perluasan bahan pelajaran, sehingga peserta didik mampu mempelajari hal yang kompleks. Sesuai dengan prinsip kurikulum continuitas atau kebersinambungan antara mata pelajaran contoh mata pelajaran SD nyambung dengan mata pelajaran SMP.

                                     IV.         Terpadu (integrated)
Penggunaan multidisiplin dalam memecahkkan masalah. Bisa dibentuk dalam kurikulum korelasi, guru dan peserta didik dituntut memahami secara menyeluruh materi pelajaran.
                                        V.         Keseimbangan (balance)
Keseimbangan isi atau bahan yang akan disampaikan (proporsional dalam menyampaikan materi) dan dapat diartikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik atau dikaitkan dengan pembentukan pribadi peserta didik.
                                     VI.         Waktu (time)
Pengalokasian waktu atau pendistribusian waktu untuk mata pelajaran. Untuk menyelaraskanya kriteria dalam mengalokasikan waktu harus memperhatikan tingkat kesulitan pelajaran, nilai dan manfaat, standar kompetensi mata pelajaran. [13]
VII.                        Langkah Mereorganisasikan Kurikulum
                                          I.          Reorganisasi melalui buku pelajaran
Penyeleksian buku pelajaran sebagai bahan ajar supaya sekolah tidak ketinggalan dan peserta ddik tidak gagal pemahaman dikarenakan buku yang salah.Pemilihan isi kurikulum didasarkan atas materi yang terkandung di dalam buku pelajaran atau sejumlah buku pelajaran yang telah di pilih oleh sebuah panitia tertentu.
                                       II.          Reorganisasi dengan cara tambal sulam
Mengambil kurikulum dari sekolah lain yang dianggap baik, sesuai dengan kondisi sekolah dan selaras dengan tujuan sekolah. Dengan hal ini sekola akan kaya dengan program program pengembangan, namun dalam hal ini harus benar-benar diperhatikan integrasinya atau keterpaduanya.
                                    III.          Reorganisasi melalui analisis kegiatan
Melalui prosedur ini terlebih dahulu di adakan studi terhadap kegiatan-kegiatan dalam kehidupan untuk menemukan sejumlah kegiatan yang di perkirakan  berguna untuk di pelajari oleh para peserta didik di sekolah. Hal ini dimaksudkan suaya peserta didik mampu mendapat pelajaran yang mengarahkan pada kegiatan kehidupan nyata.
                                    IV.          Reorganisasi melalui fungsi sosial
Prosedur ini bertalian dengan prosedur analisis kegiatan masyarakat. Masyarakat melakukan banyak fungsi social dalam kehidupannya yang bermacam ragam dan bentuknya, dan berada dalam daerah kehidupan tertentu, fungsi yang telah di tentukan, di klasifikasikanmenjadi sejumlah area of living.
                                       V.          Reorganisasi melalui survey pendapat
Survey pendapat dari berbagai pihak diantaranya peserta didik, orangtua guru, supervisor, kepala sekolah, tokoh masyarakat, dan mitra sekolah.
                                    VI.          Reorganisasi melalui studi kesalahan
Prosedur ini di laksanakan dengan jalan mengadakan analisis terhadap kesalahan, kekeliruan, kelemahan atau kebaikan atas hasil-hasil atau pengalaman kurikuler.[14]
VII.                        KESIMPULAN
Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah Organisasi kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan dan diharuskan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam  rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
Adapun cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan menyusun struktur program organisasi kurikulum yaitu struktur vertikal dan struktur horizontal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.

VIII.                        PENUTUP
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, serta masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, makalah yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya pagi para pembaca.



[1]http://hidayah-cahayapetunjuk.blogspot.co.id/2012/03/organisasi-kurikulum.html?m=1
[2]Drs. Zaenal  Arifin, M.Pd, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,( Bandung: RemajaRosdakarya. 2012), cet. II, hlm. 95-96
[3]DinnWahyudin, ManajemenKurikulum(Bandung: RemajaRosdakarya. 2014) hlm. 24
[4]Peter f. Oliva, Developing the Curriculum,(Canada:Little, Brown & Company, 1982), hlm. 299
[5]Peter f. Oliva, Developing the Curriculum,(Canada:Little, Brown & Company, 1982), hlm. 300
[6]Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktik,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet XVI, hlm. 114
[7]Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum,(Jakarta: Intermasa, 2003) cet.II, hlm. 46-47
[8]Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, hlm.47
[9]Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, hlm.48
[10]Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktik, hlm. 120
[11]Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktik, hlm. 121 - 125
[12]Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktik, hlm.117-118
[13]Drs. Zaenal  Arifin, M.Pd, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,hlm.104-108
[14]Drs. Zaenal  Arifin, M.Pd, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,hlm.108-110

Tidak ada komentar:

Posting Komentar