Senin, 12 September 2016

Manajemen Diniyyah dan Pesantren



POTENSI PONDOK PESANTREN DAN UPAYA PENGEMBANGAN SERTA PEMBINANNYA
MAKALAH
Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Manajemen Pendidikan Diniyyah dan Pesantren
Dosen pengampu : Dr. H. Fatah Syukur NC, M. Ag.


Di Susun Oleh :
Syukron Ni’am                        ( 1403036091 )

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
 SEMARANG
2016

       I.            Pendahuluan
            Pondok pesantren merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran islam dengan sistem bandongan, sorogan ataupun wetonan. Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa pondok pesantren memiliki program pendidikan yang disusun sendiri (mandiri) dimana program ini mengandung proses pendidikan formal, non formal, maupun informal yang berlangsung sepanjang hari dalam satu pengkondisian di asrama. Sehingga dari sini dapat dipahami bahwa pondok pesantren secara institusi atau kelembagaan dikembangkan untuk mengekfektifkan dampaknya, pondok pesantren bukan saja sebagai tempat belajar melainkan merupakan proses hidup itu sendiri, pembentukan watak dan pengembangan sumber daya.
            Sebagai lembaa pendidikan yang tertua di Indonesia, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Kekhasan tersendiri yang dimiliki oleh pondok pesantren merupakan sebuah potensi yang sangat besar bagi pondok pesantren. Dengan potensi yang dimilikinya, pondok pesantren bisa tetap bertahan hingga sekarang.
            Namun dengan seiring berjalannya waktu, pondok pesantren dituntut untuk melakukan suatu upaya dalam pengembangan dan pembinaan terhadap potensi-potensi yang dimilikinya. Upaya ini dimaksudkan agar pondok pesantren bisa menjawab respon masyarakat yang menuntut agar pondok pesantren bisa bersaing dengan lembaga-lembaga  pendidikan yang lainnya. Pleh larena itu, dalam makalah ini  akan membahas mengenai potensi pondok pesantren serta upaya pengembangan dan pembinaannya.
    II.            Rumusan Masalah
A.    Apa pengertian potensi pondok pesantren?
B.     Apa saja potensi pondok pesantren?
C.     Bagaimana upaya pengembangan dan pembinaan potensi pondok pesantren?





 III.            Pembahasan
A.    Pengertian potensi pondok pesantren
            Kata “potensi” dalam kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai arti yaitu kemampuan yang mungkin dikembangkan.[1] Sedangkan pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Maka pengertian potensi pondok pesantren yaitu suatu kemampuan yang dimiliki oleh pondok pesantren yang mempunyai kemungkinan untuk bisa dikembangkan kearah lebih baik untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang telah ditentukan pondok pesantren tersebut.
            Pada dasarnya potensi di pondok pesantren ini mempunyai tujuan untuk proses pengembangan dan pembinaan untuk mencapai visi misi di pondok pesantren serta menggali bakat terpendam yang dimiliki santri agar dapat dimaksimalkan.
B.     Potensi-potensi pondok pesantren
            Pesantren memiliki peran tinggi di masyarakat, apalagi jika mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Berbagai potensi pondok pesantren diantaranya:
1.   pusat pendidikan islam
        Pondok pesantren pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu pengetahuan agama islam seperti fiqih, tauhid, tafsir, hadits, tasawuf, bahasa arab, dan lain sebagainya.[2] Dengan demikian, secara tidak langsung pondok pesantren telah menjadikan posisinya sebagai pusat pengkajian masalah keagamaan islam, dalamk kata lain pondok pesantren berperan sebagai pusat kajian islam.
        Sebagai lembaga pendidikan, pesantren ikut bertanggung jawab terhaap proses kecerdasan bangsa secara keseluruhan, sedangkan secara khusus pesantren bertanggung jawab terhadap atas kelangsungan tradisi keagamaan (islam) dalam artian yang seluas-luasnya. Dari titik pandang ini pesantren berangkat secara kelembagaan maupun inspiratif, mendukung secara penuh tujuan dan hakekat pendidikan manusia itu sendiri yaitu membentuk manusia mukmin sejati yang punya kualitas moral dan intelektual.
        Saat ini masih banyak dijumpai pesantren-pesantren yang tetap mempertahankan model tradisi pendidikannya yaitu pendidikan klasik. Sebagaimana awal sistem pengajaran itu sendiri, pesantren-pesantren cenderung menamakan dirinya sebagai pesantren “salaf” karena acuan keilmuannya bertumpu pada kitab-kitab karangan ulama’ salafiyah. Walaupundemikian lambat laun berkembang dan sedikit banyak mulai membuka dirinya pada dunia luar, tentunya dengan penyaringan yang cukup hebat.
        Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tempat mencetak pemuda-pemudi islam menjadi manusia muslim seutuhnya yang mendapat keridhoan Allah dengan membentuk sikap mental mereka, agar mereka mampu membebaskan dirinya dari kebodohan, kemiskinan, kepicikan, ketergantungan dan segala macam penyakit lainnya, baik individual maupun sosial.
        Pesantren-pesantren pada awalnya memang berdiri dengan sarana yang relatif sederhana. Sehingga metode pendidikannya pun cukup unik. Kita mengenal metode sorogan, bandongan. Model seperti ini hingga saat ini masih berjalan. Namun demikian perkembangan sarana yang lebih lengkap pendidikan pesantren mulai memakai model klasikal, sebagaimana umumnya.
        Beberapa elemen lain yang mewarnai tradisi pendidikan pesantren antara lain para santri berada dalam satu asrama/pondok. Kekuatan komunitas dan sistem asrama ini membuka hubungan solidaritas dan kekeluargaan yang baik sesama santri. Dalam setiap asrama biasanya para santri ditempatkan dalam kamar-kamar pada satu kelompok. Berbagai aktivitas keorganisasian seperti latihan pidato, latihan kepemimpinan, serta latihan-latihan keterampilan lainnya.


2.   lembaga pengembangan dakwah
        dakwah islamiyah dapat diartikan sebagai penyebaran atau penyiaran ajaran dan pengetahuan agama islam, baik itu berupa ajaran atau seruan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan maupun berupa uswatun hasanah. Tugas pesantren adalah penyebaran ajaran dan pengetahuan agama islam. untuk itu pesantren mempersiapkan santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama serta mengamalkan dan mendakwahkannya kepada masyarakat.[3]
        Sebagai lembaga amar makruf nahi mungkar pesantren punya tugas yang cukup serius, yaitu secara positif sebagai lembaga dakwah. Apa yang kemudian dilakukan oleh pesantren secara institusional berfungsi sebagai institusional dakwah. Sedangkan selama ini dakwah biasanya dilakukan oleh perorangan untuk menyebarkan ajaran-ajaran islam atau organisasi-organisasi keagamaan yang memprioritaskan diri dalam lapangan dakwah.
        Dakwah secara kelembagaan yang dilakukan oleh pesantren disamping secara fungsional (melalui fungsi-fungsi pendidikan dan kulturalnya), yang lebih penting juga adanya objek dakwah secara aktual dengan terlibat langsung mengenai objek dakwah melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan. Dengan demikian pondok pesantren diharapkan mampu mencetak manusia muslim selaku kader-kader penyuluh atau pelopor pembangunan yang takwa, cakap, berbudi luhur untuk bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan dan keselamatan bangsa serta mampu menempatkan dirinya dalam mata rantai keseluruhan sistem pendidikan nasional, baik pendidikan formal maupun non formal dalam rangka membangun manusia seutuhnya.[4]
3.   Kemandirian
        Pondok pesantren merupakan tempat untuk berlatih mengurus diri sendiri. Kemandirian merupakan kemampuan santri untuk mengambil dan melaksanakan keputusan secara bebas, misalnya keputusan yang bersifat rutinitas harian. Terkait dengan kebiasaan santri yang bersifat rutinitas menunjukkan kecenderungan santri lebih mampu dan berani dalam mengambil dan melaksanakan keputusan secara mandiri, misalnya pengelolaan keuangan, perencanaan belanja, perencanaan aktivitas rutin, mencuci baju sendiri, bertanggung jawab dengan alat0alat belajarnya sendiri dan sebagainya.
        Pendidikan yang seperti inilah, santri tidak hanya diajarkan melainkan juga disuruh untuk mempraktekkan untuk bersikap mandiri. Dan pendidikan yang seperti inilah yang ditanamkan oleh orang tua kita kepada kita semua, agar kita menjadi orang yang dapat menolong diri sendiri, bukan hanya menggantungkan diri kepada orang lain.[5]
4.   ukhuwah
        Ukhuwah (persaudaraan) merupakan hubungan persaudaraan antar santri dan merupakan watak santri dan pesantren. Ajaran ukhuwah atau persaudaraan ini sudah diperkenalkan sejak dini dalam sistem pendidikan pesantren dan hal itu harus terus ditingkatkan serta diajarkan secara proporsional dan transparan sehingga santri mampu bersaudara dengan orang lain, terutama dengan pihak-pihak yang memiliki pola pemikiran dan pola kehidupan yang bebeda.
        Persaudaraan yang terhormat harus didasari oleh ilmu dan kesadaran bahwa islam adalah agama yang menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (islam rahmatan lil ‘alamin).[6] Dengan demikian kehidupan santri akan rukun, damai, jauh dari pengakuan sebagai pihak yang paling benar, dan jauh dari sikap buruk sangka terhadap orang lain. Persaudaraan yang riil harus diperuntukkan bagi kepentingan kebenaran dan keadilan semata serta dalam rangka mencari ridha Allah. Kemampuan inilah yang kan menjadi modal penting bagi para santri ketika terjun salam masyarakat yang sesungguhnya kelak.[7]
5.   Pendidikan full day & sepanjang masa
        Pesantren adalah sistem pendidikan yang melakukan kegiatan setiap hari (full day). Santri tinggal di asrama dalam satu kawasan bersama guru, kyai, dan senior mereka. Oleh karena itu, hubungan yang terjalin antara santri, guru, serta kyai dalam proses pendidikan berjalan intensif. Tidak sekedar hubungan formal ustadz santri di dalam kelas. Dengan demikian kegiatan pendidikan berlangsung sepanjang hari. Dari pagi hingga malam hari. Sistem ini membawa banya keuntungan antara lain:
a.       Pengasuh mampu melakukan pemantauan secara leluasa hampir setiap saat terdapat perilaku santri baik yang terkait dengan upaya pengembangan intelektualnya maupun kpribadiannya.
b.      Proses pembelajaran dengan frekuensi yang tinggi dapat memperkokoh pengetahuan yang diterimanya.[8]
6.   Pendidikan Murah
        Pesantren merupan sistem pendidikan yang murah biayanya. Biaya yang murah ini bisa dilihat dari adanya sebagian pesantren yang tidak membebankan sepersenpun kepada para peserta didiknya. Tugas para santri adalah melakukan pengkajian dan pengajian terhadap berbagai disiplin ilmu keagamaan. Sedangkan kebutuhan hidup peserta didik menjadi kewajiban pengasuh.[9] Faktor biaya yang murah ini menjadikan pesantren sebagai alternatif lembaga pendidikan dikalangan masyarakat luas untuk dapat mencerdaskan anak bangsa.
7.   Potensi Kemasyarakatan
        Betapa besarnya potensi pesantren dalam pengembangan masyarakat, potensi tersebut akan menjadi peluang strategis pembangunan masyarakat desa. Dan memang kenyataan yang berlangsung bahwa secara moril pesantren adalah milik masyarakat luas, sekaligus sebagai anutan berbagai keputusan sosial, politik, agama, dan etika. Berdirinya pesantren pada mulanya adalah lembaga pendidikan umat islam pedesaan yang berfungsi untuk konservasi tradisi keagamaan yang dijalankan oleh umat islam tradisionalis.[10]
        Pada akhir-akhir ini terdapat suatu kecenderungan fungsi pondok pesantren bukan saja sebagai lembaga agama melainkan juga sebagai lembaga sosial. Tugas yang digarapnya bukan saja masalah agama tetapi juga menanggapi masalah kemasyarakatan. Tugas kemasyarakatan pesantren sebenarnya tidak arti tugas keagamaannya, karena dapat juga berupa penjabaran nilai-nilai hidup keagamaan bagi kemaslahatan masyarakat luas. Dengan tugas seperti itu pesantren akan dijadikan milik bersama didukung dan dipelihara oleh kalangan luas.
C.     Upaya pengembangan dan pembinaan potensi pondok pesantren
            Upaya pengembangan potensi pondok pesantren adalah suatu upaya untuk mencapai sasaran kaitannya dengan potensi santri agar dapat berjalan secara efektif dan efisien, namun dengan catatan apabila di dalamnya diolah konsep manajemen dan komunikasi secara manajemen dan komunikasi secar sistematis. Upaya pengembangan tersebut diantaranya:
1.      Penerapan manajemen
     Penerapan manejemen secara professional dapat mempertahankan eksistensi lembaga pendidikan yang dimanage dalam rentang waktu yang lama disamping dapat mengantarkan kemajuan lembaga.[11] Sebagaimana kita ketahui menajemen merupakan kelemahan pondok pesantren. Tidak ada delegasi kewenangan unit-unit kerja organisasi, semua bergantung pada kyai pola berpikir, berperilaku, dan bertindak. Oleh karena itu perlu adanya proses pengembangan supaya semua pihak mampu berperan sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing dalam menjalankan roda organisasi sehingga membentuk suasana kolektif terbuka. Masing-masing mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri secara professional. Kolektivitas ini memungkinkan terjadinya sharing pandangan, berlakunya kontrol atau pengawasan, ada pengkaderan dan dapat mempertahankan kelangsungan pesantren setelah kiainya wafat.
     Aktivitas manajemen setiap lembaga atau organisasi (termasuk pesantren) selalu berkaitan dengan usaha-usaha mengembangkan dan memimpin suatu tim kerjasama dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Semuanya ini untuk mencapai tujuan pre determine objekctive.[12]
2.      Penataan kurikulum
     Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin dahsyat, karena itu pesantren tidak cukup untuk mentransfrkan ilmu , tetapi lebih dari itu lagi yakni meningkatkan kemampua belajar. Rancangan kurikulumpun disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan masa kini dan masa depan. Ada empat pilar ilmu yang mesti diberikan kepada peserta didik: pertama, ilmupengetahuan keagamaan. Kedua, ilmu pengetahuan kealaman. Ketiga, ilmu pengetahuan sosial, dan keempat ilmu pengetahuan humaniora. Keempat pilar ilmu dijabarkan dalam bentuk mata pelajaran yang diberikan dalam bentuk kurikuler dan ekstrakurikuler. 
3.      Penguatan tradisi dan orientasi akademik
     Sekarang in pondok pesntren khususnya salafiyah lebih mencerminkan sebagai lembaga dakwah daripada akademik. Oleh karena itu alumninyapun menjadi dai atau mubaligh. Pondok pesantren mentradisikan karakter sebgaai agamawan daripada ilmuan. Melalui penguatan tradisi dan orientas akademik, dapat ditradisikan karakter keilmuan seperti sikap kritis, analitis, objektif, rasional, empiris, dan historis sehingga mampu membangun idealisme yang kokoh dalam mewujudkan kemajuan peradaban dan kebudayaan islam terutama ilmu pengetahuan.[13] Oleh karena itu jika diorientasikan sebagai lembaga akademik, pesantren menjadi potensial menghasilkan karya-karya besar yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
4.      Proses pembelajaran
     Proses pembelajaran termasuk di dalamnya kualitas tenaga pendidik. Tenaga pendidik yang berkualitas adalah kondisi yang tidak bisa ditawar guna meningkatkan mutu pendidikan. Karena itu, pendidik mesti memiliki kompetensi seperti yang telah dikemukakan terdahulu. Selain itu semua perlu diperhatikan pula fasilitas pembelajarannya. Pembelajaran yang biasanya hanya menggunakan metode sorogan dan wetonan perlu adanya pengembangan lagi agar potensi-potensi santri bisa dimaksimalkan lagi.

5.      Pembentukan karakter
     Pembentukan karakter seperti yang diharapkan ini tidak semuanya tergantung pada transfer of knowledge, mesti dirancang dalam pendidikan kita transfer of values (transfer nilai-nilai). Nilai positif yang telah menjadi watak bangsa kita atau watak bangsa lain yang positif dan perlu kita tiru, perlu ditransferkan kepada peserta didik kita. Karena tidak cukup hanya dengan mentransferkan ilmu saja, perlua ada pendidikan motivasi, disiplin, jujur, kerja keras, berkompetensi, dan lain sebagainya.
6.      Pembentukan watak bekerja
     Manusia bekerja bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tapi untuk menunjukkan keberadaannya. Begitulah pentingnya bekerja. Manusia sejak dini mesti diberi orientasi kerja. Orientasi kerja tidak sama dengan membuat pelatihan kerja. Yang paling diutamakan disini persepsi dan tanggapan mereka tentang kerja. Dalam upaya pembinaan potensi pesantren, santri dibekali keterampilan hidup tujuannya agar santri mampu hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat. Pemberian keterampilan ini khususnya dalam bidang pertanian, agar bisa menjadi bekal para santri disamping untuk menunjang ekonomi pesantren.[14]

 IV.            Analsisis
            Pondok pesantren adalahsuatu lembaga pendidikan islam yang di dalamnya mencakup unsur kyai yang merupakan tuan guru sebagai tokoh utamasantre sebagai peserta didik, kitab sebagai bahan belajar, masjid sebagai pusat lembaga dan menampung peserta didik, yang belajar untuk mendalami suatu ilmu agama islam. pesantren juga merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Pesantren terkenal akan suraunya, santrinya yang hidup denan kesederhanaan hingga kini sejak awal berdirinya hingga sekarang ini pesantren memiliki kekhasan sendiri. Kekhasan tersendiri inilah yang membedakan pesantren dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lainnya. Pondok pesantren mempunyai tiga fungsi utama yang senantiasa diembannya, yaitu:
1. sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama
2. sebagai lembaga yang mencetak sumberdaya manusia
3. sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada                   masyarakat
            Pondok pesantren juga merupakan agen proses perubahan sosial ditengah arus globalisasi yang pesat ini, pesantren tetap kokoh memegang jati diri yang dimilikinya. Hal tersebut dapat diaplikasikan pada kekhasan pesantren sampai sekarang ini yang merupakan sebuah potensi yang sangat besar bagi pondok pesantren. Diantara potensi pondok pesantren tersebut adalah pusat pendidikan islam, lembaga pengembangan dakwah, kemandirian, ukhuwah, pendidikan full day, pendidikan murah, dan potensi kemasyarakatan. Dengan segala potensi yang dimilikinya pondok pesantren mampu bertahan dan bisa menjadi pendidikan alternatif bagi masyarakat luas

    V.            Kesimpulan
            Kesimpulan yang dap diambil dari pembahasan di atas adalah pndok pesantren merupakan sebuah lembaga pendididkan yang memberikan pengajaran ilmu-ilmu keagamaan secara intensif dan dikatakan unik karena memiliki kekhasan sendiri. Pondok pesantren memiliki kekhasan kerena terdapat potensi-potensi besar. Potensi pondok merupakan kemampuan yang dimiliki pondok pesantren yang mempunyai kemungkinan untuk bisa dikembangkan kearah yang lebih baik sesuai cita-cita pondok pesantren tersebut.
            Potensi pondok pesantren tersebutmerupakan bakat atau kemampuan yang dapat digali kemudian dikembangkan atau dibina. Potensi pondok pesantren tersebut diantaranya: Pusat pendidikan islam, lembaga pengembangan dakwah, kemandirian, ukhuwah, pendidikan full day, pendidikan murah, serta potensi kemasyarakatan.
            Pada dasarnya potensi pondok pesantren ini bertujuan untuk proses pembinaan dan pengembangan untuk mencapai visi pondok pesantren. Maka dalam upaya pencapaian potensi-potensi tersebut perlu adanya pengembangan serta pembinaan. Upaya pengembangan dan pembinaan yang bisa dilakukan pesantren diantaranya adalah penerapan manajemen, penataan kurikulum, penguatan tradisi dan oorientasi akademik, proses pembelajaran, pembentukan karakter, serta pembentukan watak bekerja. Pengembanagn dan pembinaan ini bertujuan melahirkan santri-santri yang tafaquh fiddin, serta untuk memajukan pondok pesantren itu sendiri.
 VI.            Penutup
            Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya, dan dapat memberikan suatu pemahaman kepada pemakalah secara khususnya. Sekian apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Dari pemakalah minta maaf atas kekurangan yang ada dan atas perhatian pembaca pemakalah mengucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
            Daulay, Haidar Putra. Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
            Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan, dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta; Kencana. 2009.
            Diktat dalam pekan perkenalan di Pondok Pesantren Modern Gontor. Ponorogo: Darussalam Pers.
            Halim, dkk. Manajeen pesantren. Yogyakarta: Pelangi Aksara. 2005
            Maunah, Binti. Tradisi Intelektual Santri. Yogyakarta: Teras. 2009.
            Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga,, dan Masyarakat. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang. 2009.  
            Qomar, Mujamil. Menggagas Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014.       Qomar, Mujamil. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demkratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga. 2002.
            . Yasin, Fatah. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press. 2008.






                [1] Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demkratisasi Institusi,(Jakarta: Erlangga. 2002 ) hlm. 2
                [2] Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan, dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta; Kencana. 2009) hlm. 72
                [3] Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press. 2008) hlm. 243
                [4] Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, hlm. 251
                [5] Diktat dalam pekan perkenalan di Pondok Pesantren Modern Gontor, (ponorogo: Darussalam Pers) hlm 11-12
                [6] Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga,, dan Masyarakat (Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang. 2009) hlm. 153
                [7] Binti Maunah, Tradisi Intelektual Santri, (Yogyakarta: Teras. 2009) hlm. 20
                [8] Haidar Putra Daulay, Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta. 2009) hlm. 131-134
                [9] Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demkratisasi Institusi,(Jakarta: Erlangga. 2002 ) hlm. 64
                [10] Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, hlm. 242
                [11] Mujamil Qomar, Menggagas Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014) hlm. 11
                [12] Halim, dkk. Manajeen pesantren, (Yogyakarta: Pelangi Aksara. 2005) hlm. 69-70
                [13] Mujamil Qomar, Menggagas Pendidikan Islam. hlm. 11
                [14] Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demkratisasi Institusi. Hlm. 64