LAPORAN PRAKTEK BIMBINGAN
MEMBACA AL-QUR’AN
I.
Pendahuluan
Bimbingan secara
etimologi merupakan terjemahan dari kata Guidance berasal dari kata
kerja to guide yang artinya menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun
membantu, dengan demikian secara umum bimbingan adalah bantuan atau tuntunan.[1] Menurut
Sertzer & Stone (1966) mengemukakan bahwa guidance berasal dari kata
guide yang mempunyai arti to direct, manaejr, pilot, or steer (menunjukkan,
menentukan, mengatur, atau mengemudikan).[2]
Istilah bimbingan
pertama kali dikemukakan dalam year’s book of education 1955, yang
menyatakan: Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya
sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.[3] Bimbingan
merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri,
menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dan lingkungan, memilih,
menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan
lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari pendapat di atas
dapat ditarik benang merah bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seorang ahli (guru, konselor, psikiater) kepada orang lain dengan tujuan agar
individu dapat mengembangkan secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini telah berpengaruh terhadap pendidikan agama
yang semakin jarang diminati, tak terkecuali kemampuan baca tulis Al-Qur’an
pada anak. Kecanggihan teknologi seperti smartphone semakin membuat anak malas
untuk belajar khususnya belajar agama. Sebagai generasi penerus bangsa anak
perlu ditanamkan pendidikan agama paling dasar yaitu membaca Al-Qur’an.
Menghadapi situasi seperti itu maka bimbingan ini sangatlah perlu untuk
dilaksanakan sebagai pemberian modal dasar pengetahuan agama serta menanamkan
kebiasaan-kebiasaan membaca Al-Qur’an yang baik. Oleh karena itu penulis dalam
hal ini melaksanakan praktek bimbingan yaitu bimbingan membaca Al-Qur’an yang akan
disusun dalam laporan berikut.
II.
Pelaksanaan Bimbingan
Bimbingan yang penulis lakukan adalah bimbingan membaca Al-Qur’an.
Binimbing yaitu terdiri dari anak-anak di desa Jatisari kecamatan Mijen. Ada
sekitar 20 lebih anak-anak (binimbing) berkisar mulai usia TK hingga kelas 6
SD. Kegiatan bertempat di Mushola Baitul ‘Atiq RT 06 Jatisari dilaksanakan
setiap hari setelah sholat magrib kecuali malam jum’at libur. Kegiatan tersebut
diawali dengan membaca surat Al-Fatihah dan doa secara bersama-sama. Binimbing
terdiri dari dua kategori atau dua tingkat yaitu tingkat Iqra’ dan Al-Qur’an.
Untuk tahap Iqra’ terdiri dari anak-anak dibawah kelas satu SD. Sedangkan
tingkat Al-Qur’an diatas kelas 1 SD
Pada tingkat iqra’ pembimbing memberikan pembelajaran dengan metode
iqra’ yaitu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca.
Pembelajaran menggunakan buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari
tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Penekanannya adalah menghafal huruf-huruf
hijaiyah, harokat, hingga mampu membaca satu kata dengan fasih dan benar tanpa
dieja. Praktek dilakukan dengan cara pembimbing (guru) memberikan contoh yang
benar kemudian binimbing (murid) menirukannya. Selanjutnya setelah cukup hafal
dan lancar binimbing membaca sendiri sedangkan pembimbing mendengarkan dan
membenarkan yang salah. Banyak binimbing yang cepat memahami dan menghafalkan
huruf hijaiyah ada juga yang bahkan masih kesulitan melafalkan huruf sesuai
makhrajnya.
Pada tingkat Al-Qur’an pembelajaran dilakukan dengan cara binimbing
mulai membaca Al-Qur’an satu persatu sesuai tingkatan (juz) yang telah mereka capai,
kemudian pembimbing (saya) mengamati, memperhatikan setiap bacaan anak tersebut
sembari membenarkan apabila ada yang salah serta memberi contoh bacaan yang
benar. Pembelajaran membaca Al-Qur’an ini tidak sekedar membuat anak
(binimbing) bisa membaca Al-Qur’an melainkan dapat membaca secara fasih dan
benar sesuai hukum-hukum tajwidnya. Pada awalnya masih banyak binimbing yang
tidak mempraktekkan tajwid dengan benar, makhrojnya, panjang pendeknya banyak
yang belum tepat. Sedikit demi sedikit saya bimbing saya arahkan bagaimana
bacaan sesuai tajwid yang benar, pelafalan sesuai makhraj yang tepat. Pencapaian
yang saya tekankan adalah bukan cepatnya naik tingkat (juz) melainkan ketepatan
bacaannya dari segi hukum-hukum tajwid, makhraj dan lain-lain.
Penekanan pada hukum
tajwid yang pembimbing terapkan paling utama adalah hukum nun mati dan tanwin,
terdiri dari: idzhar, idghom, iqlab, dan ikhfa’.
1. Idzhar
Idzhar yaitu apabila
nun mati dan tanwin bertemu dengan huruf idzhar atau huruf-huruf halqi
(tenggorokan) seperti: alif/hamzah (ء),
ha’ (ﮬ), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع),
dan ghain (غ), maka cara
melafalkan atau mengucapkannya harus “jelas”
Contoh : نَارٌ حَامِيَةٌ dibaca naarun haamiyah
2. Idgham
Idgham terbagi menjadi
dua, yaitu idgham bigunnah dan bilagunna.
a. Idham bigunnah yaitu apabila nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf
seperti: ya’ (ي), nun (ن), mim (م), dan wau (و),
maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.
Contoh: فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ harus dibaca Fī ʿamadim
mumaddadah.
b. Idgham Bilaghunnah
Yaitu apabila nun mati
atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti lam (ل)
dan ra’ (ر), maka harus
dibaca lebur tanpa dengung.
Contoh: مَنْ لَمْ harus dibaca Mal lam
Terkecuali pada beberapa kata yaitu jika nun mati atau
tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan dalam satu
kata, seperti بُنْيَانٌ, َدُّنْيَان, قِنْوَانٌ,
dan صِنْوَانٌ, maka nun mati atau
tanwin tersebut dibaca jelas.
3. Iqlab
Yaitu apabila nun mati
atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (ب).
Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim (م).
Contoh: مِنْ بَعْدِ harus dibaca mim ba’di
5. Ikhfa’
Yaitu ketika nun mati atau tanwin bertemu dengan
huruf-huruf seperti ta’(ت), tsa’ (ث), jim (ج), dal (د),
dzal (ذ), za’ (ز), sin (س), syin (ش),
shad (ص), dhad (ض), tho (ط), dho (ظ),
fa’ (ف), qof (ق), dan kaf (ك), maka harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)
Contohمِنْ شَيْءٍ harus dibaca ming
syai’in
Hasil pelaksanaan bimbingan membaca Al-Qur’an menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan dari para binimbing. Pada awal pembelajaran memang
mengalami kesulitan karena banyak yang sama sekali tidak mengetahui huruf
hijaiyah, banyak yang membaca Al-Qur’an asal-asalan namun kesulitan tersebut
dapat teratasi. Para binimbing (anak-anak) untuk tingkat iqra’ akhirnya mampu
menghafal huruf hijaiyah, melafalkan huruf dengan jelas sesuai makhraj, hingga
mampu membaca kata atau potongan ayat Al-Qur’an dengan benar dan lancar tanpa
dieja. Untuk tingkat Al-Qur’an para binimbing akhirnya mampu membaca Al-Qur’an
dengan mengamalkan hukum-hukum tajwid dengan benar meskipun masih ada satu dua
kesalahan, artinya ada kemauan untuk peningkatan. Semangat dan kesungguhan para
binimbing dalam melaksanakan pembelajaran tersebut yang membuat mereka
memperoleh pencapaian yang diharapkan yaitu mampu membaca Al-Qur’an dengan
fasih dan benar.
III.
Kesimpulan
Pada dasarnya anak-anak (para binimbing) memiliki
potensi yang bagus jika mendapatkan bimbingan, pembinaan yang tepat. Dorongan orang
tua juga sangat penting sebagai motivasi tambahan untuk anak agar semakin
bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam belajar membaca Al-Qur’an dengan baik.
Hasil pelaksanaan bimbingan tersebut menunjukkan peningkatan yang baik, dari
semula yang sama sekali tidak tau apa huruf hijaiyah akhirnya mampu menghafal
dan melafalkan dengan jelas dan tepat, dari semula yang membaca Al-Qur’an seadanya
akhirnya mampu membaca dengan mempraktekkan hukum tajwid dengan benar. Artinya
bahwa ada kesungguhan dalam menekuni bimbingan yang diajarkan sehinga
menunjukkan hasil yang memuaskan.
IV.
Penutup
Demikian laporan praktek bimbingan selesai disusun. Semoga dengan
adanya laporan ini dapat memberikan manfaat, serta membeikan sebuah pengalaman
dan pembelajaran tentang bagaimana praktek melaksanakan bimbingan. Masih banyak
kekurangan dalam penulisan ataupun hal-hal yang lain. Dari penulis (praktikan
bimbingan) memohon maaf atas segala kekurangan, skian dan terimaksaih.