Selasa, 30 Mei 2017

Bimbingan dan Konseling

LAPORAN PRAKTEK BIMBINGAN MEMBACA AL-QUR’AN


      I.          Pendahuluan
Bimbingan secara etimologi merupakan terjemahan dari kata Guidance berasal dari kata kerja to guide yang artinya menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu, dengan demikian secara umum bimbingan adalah bantuan atau tuntunan.[1] Menurut Sertzer & Stone (1966) mengemukakan bahwa guidance berasal dari kata guide yang mempunyai arti to direct, manaejr, pilot, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan).[2]
Istilah bimbingan pertama kali dikemukakan dalam year’s book of education 1955, yang menyatakan: Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.[3] Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari pendapat di atas dapat ditarik benang merah bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seorang ahli (guru, konselor, psikiater) kepada orang lain dengan tujuan agar individu dapat mengembangkan secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah berpengaruh terhadap pendidikan agama yang semakin jarang diminati, tak terkecuali kemampuan baca tulis Al-Qur’an pada anak. Kecanggihan teknologi seperti smartphone semakin membuat anak malas untuk belajar khususnya belajar agama. Sebagai generasi penerus bangsa anak perlu ditanamkan pendidikan agama paling dasar yaitu membaca Al-Qur’an. Menghadapi situasi seperti itu maka bimbingan ini sangatlah perlu untuk dilaksanakan sebagai pemberian modal dasar pengetahuan agama serta menanamkan kebiasaan-kebiasaan membaca Al-Qur’an yang baik. Oleh karena itu penulis dalam hal ini melaksanakan praktek bimbingan yaitu bimbingan membaca Al-Qur’an yang akan disusun dalam laporan berikut.
   II.          Pelaksanaan Bimbingan
Bimbingan yang penulis lakukan adalah bimbingan membaca Al-Qur’an. Binimbing yaitu terdiri dari anak-anak di desa Jatisari kecamatan Mijen. Ada sekitar 20 lebih anak-anak (binimbing) berkisar mulai usia TK hingga kelas 6 SD. Kegiatan bertempat di Mushola Baitul ‘Atiq RT 06 Jatisari dilaksanakan setiap hari setelah sholat magrib kecuali malam jum’at libur. Kegiatan tersebut diawali dengan membaca surat Al-Fatihah dan doa secara bersama-sama. Binimbing terdiri dari dua kategori atau dua tingkat yaitu tingkat Iqra’ dan Al-Qur’an. Untuk tahap Iqra’ terdiri dari anak-anak dibawah kelas satu SD. Sedangkan tingkat Al-Qur’an diatas kelas 1 SD
Pada tingkat iqra’ pembimbing memberikan pembelajaran dengan metode iqra’ yaitu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Pembelajaran menggunakan buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Penekanannya adalah menghafal huruf-huruf hijaiyah, harokat, hingga mampu membaca satu kata dengan fasih dan benar tanpa dieja. Praktek dilakukan dengan cara pembimbing (guru) memberikan contoh yang benar kemudian binimbing (murid) menirukannya. Selanjutnya setelah cukup hafal dan lancar binimbing membaca sendiri sedangkan pembimbing mendengarkan dan membenarkan yang salah. Banyak binimbing yang cepat memahami dan menghafalkan huruf hijaiyah ada juga yang bahkan masih kesulitan melafalkan huruf sesuai makhrajnya.
Pada tingkat Al-Qur’an pembelajaran dilakukan dengan cara binimbing mulai membaca Al-Qur’an satu persatu sesuai tingkatan (juz) yang telah mereka capai, kemudian pembimbing (saya) mengamati, memperhatikan setiap bacaan anak tersebut sembari membenarkan apabila ada yang salah serta memberi contoh bacaan yang benar. Pembelajaran membaca Al-Qur’an ini tidak sekedar membuat anak (binimbing) bisa membaca Al-Qur’an melainkan dapat membaca secara fasih dan benar sesuai hukum-hukum tajwidnya. Pada awalnya masih banyak binimbing yang tidak mempraktekkan tajwid dengan benar, makhrojnya, panjang pendeknya banyak yang belum tepat. Sedikit demi sedikit saya bimbing saya arahkan bagaimana bacaan sesuai tajwid yang benar, pelafalan sesuai makhraj yang tepat. Pencapaian yang saya tekankan adalah bukan cepatnya naik tingkat (juz) melainkan ketepatan bacaannya dari segi hukum-hukum tajwid, makhraj dan lain-lain.


Penekanan pada hukum tajwid yang pembimbing terapkan paling utama adalah hukum nun mati dan tanwin, terdiri dari: idzhar, idghom, iqlab, dan ikhfa’.
1.   Idzhar
Idzhar yaitu apabila nun mati dan tanwin bertemu dengan huruf idzhar atau huruf-huruf halqi (tenggorokan) seperti: alif/hamzah (ء), ha’ (), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع), dan ghain (غ), maka cara melafalkan atau mengucapkannya harus “jelas”
Contoh : نَارٌ حَامِيَةٌ dibaca naarun haamiyah
2.     Idgham
Idgham terbagi menjadi dua, yaitu idgham bigunnah dan bilagunna.
a.      Idham bigunnah yaitu apabila nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: ya’ (ي), nun (ن), mim (م), dan wau (و), maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.
Contoh: فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ  harus dibaca Fī ʿamadim mumaddadah.
b.     Idgham Bilaghunnah
Yaitu apabila nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti lam (ل) dan ra’ (ر), maka harus dibaca lebur tanpa dengung.
Contoh: مَنْ لَمْ  harus dibaca Mal lam
Terkecuali pada beberapa kata yaitu jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan dalam satu kata, seperti بُنْيَانٌ, َدُّنْيَان, قِنْوَانٌ, dan صِنْوَانٌ, maka nun mati atau tanwin tersebut dibaca jelas.
3.   Iqlab
Yaitu apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (ب). Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim (م).
Contoh:  مِنْ بَعْدِ harus dibaca mim ba’di
5. Ikhfa’
Yaitu ketika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta’(ت), tsa’ (ث), jim (ج), dal (د), dzal (ذ), za’ (ز), sin (س), syin (ش), shad (ص), dhad (ض), tho (ط), dho (ظ), fa’ (ف), qof (ق), dan kaf (ك), maka harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)
Contohمِنْ شَيْءٍ  harus dibaca ming syai’in


Hasil pelaksanaan bimbingan membaca Al-Qur’an menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari para binimbing. Pada awal pembelajaran memang mengalami kesulitan karena banyak yang sama sekali tidak mengetahui huruf hijaiyah, banyak yang membaca Al-Qur’an asal-asalan namun kesulitan tersebut dapat teratasi. Para binimbing (anak-anak) untuk tingkat iqra’ akhirnya mampu menghafal huruf hijaiyah, melafalkan huruf dengan jelas sesuai makhraj, hingga mampu membaca kata atau potongan ayat Al-Qur’an dengan benar dan lancar tanpa dieja. Untuk tingkat Al-Qur’an para binimbing akhirnya mampu membaca Al-Qur’an dengan mengamalkan hukum-hukum tajwid dengan benar meskipun masih ada satu dua kesalahan, artinya ada kemauan untuk peningkatan. Semangat dan kesungguhan para binimbing dalam melaksanakan pembelajaran tersebut yang membuat mereka memperoleh pencapaian yang diharapkan yaitu mampu membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar.
 III.          Kesimpulan
Pada dasarnya anak-anak (para binimbing) memiliki potensi yang bagus jika mendapatkan bimbingan, pembinaan yang tepat. Dorongan orang tua juga sangat penting sebagai motivasi tambahan untuk anak agar semakin bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam belajar membaca Al-Qur’an dengan baik. Hasil pelaksanaan bimbingan tersebut menunjukkan peningkatan yang baik, dari semula yang sama sekali tidak tau apa huruf hijaiyah akhirnya mampu menghafal dan melafalkan dengan jelas dan tepat, dari semula yang membaca Al-Qur’an seadanya akhirnya mampu membaca dengan mempraktekkan hukum tajwid dengan benar. Artinya bahwa ada kesungguhan dalam menekuni bimbingan yang diajarkan sehinga menunjukkan hasil yang memuaskan.
 IV.          Penutup
Demikian laporan praktek bimbingan selesai disusun. Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberikan manfaat, serta membeikan sebuah pengalaman dan pembelajaran tentang bagaimana praktek melaksanakan bimbingan. Masih banyak kekurangan dalam penulisan ataupun hal-hal yang lain. Dari penulis (praktikan bimbingan) memohon maaf atas segala kekurangan, skian dan terimaksaih.




[1] Farid Hasyim & Mulyono, Bimbingan dan Konseling, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media. 2010) hlm. 3
[2] Hallen, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: Ciputat Pers. 2002) hlm. 31
[3] Farid Hasyim & Mulyono, Bimbingan dan Konseling, hlm. 3

Manajemen Diklat

TATA CARA PELAKSANAAN DIKLAT



I.                Pendahuluan
Kegiatan manajemen dalam sebuah organisasi tidak terlepas dari adanya konsep pendidikan dan latihan (diklat). Konsep pendidikan dan pelatihan diartikan sebagai konsep pembinaan sumber daya manusia untuk meningkatkan, mengembangkan, dan membentuk kompetensi pegawai melalui upaya pendidikan dan pelatihan baik berupa diklat berjenjang, diklat kursus, diklat fungsional, dan lain-lain yang banyak diterapkan oleh suatu organisasi dalam rangka meningkatkan kemampuan kerja karyawan dalam mengadapi aktivitasnya, yang diupayakan dapat meningkatkan pelayanan masyarakatnya.
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses dari fungsi manajemen yang perlu dilakukan terus menerus dalam suatu organisasi agar karyawan yang mengikuti diklat mampu mengembangkan karir dan aktivitas kerjanya secara spesifik sebagai suatu proses serangkaian tindak lanjut yang dilaksanakan secara berksesinambungan, bertahap, dan terpadu.
Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sebagai suatu sistem ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan, diantaranya: identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada makalah ini akan dibahas tentang tahap pelaksanaan dikat, yaitu bagaimana proses pelaksanaan pendidikan dan pelatihan berlangsung, apa saja kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan diklat, dan lain-lain.
Keberhasilan pencapaian kompetensi pendidikan dan latihan bergantung pada beberapa aspek, salah satunya adalah pada aspek pelaksanaan. Yaitu pemberian materi pembelajaran yang baik sesuai dengan kurikulumnya serta bertujuan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta diklat. Karena tahap pelaksanaan adalah tahap yang penting untuk dikelola dengan baik supaya tujuan dari diklat dapat tercapai secara efektif dan efisien. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas secara detail tentang bagaimana proses pelaksanaan diklat serta apa saja kegiatan-kegiatan yang ada dalam tahap pelaksanaan pendidikan dan latihan.
II.             Rumusan Masalah
A.    Bagaimana proses registrasi peserta diklat?
B.    Bagaimana proses kegiatan pembukaan diklat?
C.    Bagaimana proses kegiatan inti diklat?
D.    Bagaimana pengelolaan sumber daya diklat yang efektif dan efisien?



III.            Pembahasan
A.    Registrasi peserta diklat
Tahap pelaksanaan dalam diklat betujuan mendayagunakan dan mengorganisir komponen-komponen pelatihan, meliputi: peserta, fasilitator, narasumber, metode, media, sarana, lingkungan, kurikulum, materi, dan evaluasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penyelenggaraan diklat diawali dari proses registrasi atau pendaftaran. Tahapan-tahapannya antara lain:
1.   Institusi penyelenggara diklat menetapkan peserta yang akan mengikuti diklat yang diadakan oleh institusi
2.   Peserta yang telah ditetapkan oleh institusi penyelenggara melakukan pendaftaran
3.   Pendaftaran dan penerimaan peserta pelatihan sesuai kriteria/syarat yang telah ditentukan
4.   Pendaftaran dilakukan secara langsung atau online bila ada
5.   Institusi penyelenggara diklat melakukan verifikasi pendaftaran peserta
6.   Peserta yang telah terdaftar melakukan registrasi ulang dihari pertama pelaksanaan
7.   Mengisi daftar hadir
B.    Kegiatan pembukaan diklat
Kegiatan pembukaan diklat menandai dimulainya pelaksanaan diklat. Penyelenggara diklat hendaknya menyiapkan diri untuk beberapa hal, sebagai berikut:
1.     Mengecek pejabat yang akan membuka dan memberi pengarahan kepada peserta dalam acara pembukaan diklat
2.     Menjadi petugas dalam acara pembukaan (MC, pembaca doa, pembawa tanda pengenal, dan lain sebagainya yang dianggap perlu)
3.     Menyiapkan laporan pada acara pembukaan mengenai berapa peserta yang ikut dan unit kerja, kurikulum, lamanya waktu diklat, kriteria kelulusan, dan lain sebagainya.
4.     Menyiapkan ruangan dan perlengkapan lain yang diperlukan
5.     Menyiapkan lingkungan psikologis bagi peserta yang menyenangkan dan sangat mendukung pada proses pembelajaran.
Kegiatan dalam pembukaan diklat antara lain:
1.   Membuka diklat, diawali dengan protokol yang menyampaikan acara/agenda pembukaan diklat
2.   Laporan rencana penyelenggaraan diklat oleh manajer diklat atau pejabat yang berwenang
3.   Penyampaian sambutan oleh pejabat dari instansi terkait pembina diklat.[1]
4.   Pembukaan secara resmi oleh pejabat
5.   Penyematan tanda pengenal kepada peserta secara simbolik
6.   Pembacaan doa
C.    Kegiatan inti diklat
Kegiatan inti dimulai setelah pembukaan selesai dilaksanakan. Kegiatan ini berisi rangkaian kegiatan akademis pembelajaran, diantaranya:
1.       Orientasi Diklat
Kegiatan akademis dimulai setelah kegiatan pembukaan selesai. Kegiatan ini dimulai dengan penjelasan program diklat, meliputi: tujuan, struktur program, berbagai aspek edukatif, hak dan kewajiban peserta serta kegiatan-kegiatan selama diklat berlangsung.
2.       Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM)
Dalam kegiatan pembelajaran, peserta mendapat materi pelajaran yang telah diprogramkan sesuai dengan kurikulum dan jadwal diklat. Pelaksanaan proses belajar mengajar ini dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas sesuai dengan metode dan media yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran pemateri juga melayani kebutuhan peserta melalui pre test, wawancara, diskusi, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan pembelajaran pada setiap materi diklat bersumber pada Rencana  Pelaksanaan Pembelajaran atau bisa juga Silabus Mata Diklat (SMD). Hal yang terpenting bahwa silabus ini benar-benar dipersiapkan sebelum pelaksanaan pembelajaran karena berkaitan dengan apa yang akan disajikan. Silabus mata diklat telah mencakup semua unsur kegiatan pembelajarn yang meliputi: nama diklat, mata diklat, alokasi waktu, deskripsi singkat, indikator keberhasilan, materi pokok, submateri pokok, metode, alat bantu dan media, estimasi waktu yang diperlukan untuk setiap pokok bahasan, serta referensi yang digunakan. Dengan rincian seperti ini bisa terlihat betapa lengkapnya dan begitu pentingnya komponen pembelajaran yaitu silabus mata diklat.
Penjelasan skenario pembelajaran merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Pada kegiatan awal pembelajaran hal yang perlu disampaikan kepada peserta diklat yaitu: mata diklat, deskripsi singkat mata diklat, kompetensi dasar, dan indikator keberhasilan. Kemudian disampaikan materi diklat yang meliputi pokok bahasan dan subpokok bahasan serta skenario pembelajaran yang akan dilalui. Hal ini dimaksudkan agar peserta diklat mengetahui arah dan alur pembelajaran yang akan dilalui selama mengikuti pembelajaran mata diklat yang akan diikuti berdasarkan alokasi waktu yang disediakan.
Langkah selanjutnya pada kegiatan pembelajaran adalah presentasi materi diklat oleh pelatih/pemateri. Pemateri tidak perlu terlalu lama dalam mengambil waktu presentasi, cukup maksimal 25% dari total waktu pelaksanaan pembelajaran. Berilah kesempatan kepada peserta untuk menggali dan sharing pengalaman serta potensi yang dimiliki. Pemateri cukup berperan sebagai fasilitator. Sedangkan 75% dari waktu yang ada adalah milik para peserta untuk berperan aktif dalam pelaksanaan pembelajaran satu materi kediklatan.
Seorang pelatih/pemateri harus menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif, mendiskusikan dan memecahkan permasalahan proses belajar mengajar maupun kendala peserta, serta melakukan review pelatihan (sesuai kebutuhan) bersama komponen terkait tujuannya demi tercapainya tujuan pelaksanaan diklat.
3.       Penugasan
Selama pembelajaran, dilaksanakan pula kegiatan yang menambah wawasan dan perubahan perilaku peserta, seperti:
a.    Diskusi kelompok, yaitu tukar menukar pendapat atau gagasan tentang suatu masalah dalam rangka mencapai kesepakatan untuk penyusunan atau pengembangan gagasan sehingga mendapat kesatuan yang bulat
b.   Praktik kerja lapangan, adalah salah satu kegiatan yang bersifat integral pada program diklat yang menitikberatkan kegiatannya pada kunjungan di lapangan. Tujuan praktik kerja lapangan adalah:
1)   Menambah dan memperjelas cakrawala pandangan peserta dengan melihat, mengamati, mendalami, dan menghayati keadaan lapangan;
2)   Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengalammi secara langsung tentang aplikasi teori dalam kenyataan praktik di lapangan;
3)   Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengembangkan ide kreatif dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan;
4)   Mempraktikkan pelaksanaan kegiatan secara terkoordinasi lintas instansi dalam pemecahan masalah pembangunan.[2]
4.       Penutupan
Penutupan merupakan kegiatan terakhir dari pendidikan dan pelatihan. Pada tahap penutupan, kegiatan yang dilakukan adalah prakata oleh panitia sesuai protokoler, laporan ketua panitia, kesan-pesan wakil peserta, sambutan pejabat terkait, kemudian penutupan resmi, penyerahan sertifikat, doa serta penutup.
D.    Pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien
            Keefektifan pelaksanaan program diklat berorientasi pada hasil (tujuan), dan proses. Penerapannya pada pelatihan yang efektif dan efisien adalah kemampuan organisasi dalam melaksanakan program-program yang telah direncanakan secara sistematis dalam upaya mencapai hasil atau tujuan yang telah ditetapkan.
            Sesuai dengan makna efektivitas, pelatihan yang efektif merupakan pelatihan yang berorientasi pada proses, dan organisasi tersebut dapat melaksanakan program-program yang sistematis untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Dengan demikian, pelatihan efektif apabila pelatihan tersebut dapat menghasilkan sumber daya manusia yang meningkat kemampuannya, keterampilan, dan perubahan sikap yang lebih mandiri. Pengelolaan sumber daya dalam diklat terdiri dari beberapa aspek, antara lain:
1.     Pengelolaan SDM diklat
Artinya memberdayakan peserta diklat secara efektif dan efisien dengan upaya pengembangan yang sebaik-baiknya sehingga timbul rasa bangga dan sejahtera bagi peserta yang terlibat dalam proses penyelenggara Diklat. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme dalam pelaksanaan tugas yang akan berdampak pada peningkatan motivasi, produktivitas dan selanjutnya peningkatan pendapatan dan kebahagiaan SDM.  Fungsi-fungsi pengelolaan SDM Diklat, antara lain:
a.    Perencanaan SDM
Memperkirakan jumlah peserta diklat, kapasitas dan kemampuan peserta, perkiraan beban kerja dalam lembaga
b.   Pengembangan SDM
Memperbaiki efektivitas dan efisiensi kerja, meningkatkan penguasaan keterampilan kerja, peningkatan produktivitas kerja, meningkatkan pengalaman dan pengetahuan kerja. Melalui proses pembelajaran diklat, pemberian tugas, rotasi kerja, promosi jabatan baru.
c.    Pemeliharaan SDM
Yaitu pemberian kondisi kerja yang lebih baik, lebih aman, lebih sejahtera kepada peserta diklat, melalui peningkatan gaji, tunjangan kesejahteraan, peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja, penghargaan terhadap prestasi kerja.
d.   Penilaian SDM
Adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengetahui secara menyeluruh menyangkut prestasi kerja, kreativitas, loyalitas pekerja sehingga dapat dipertimbangkan secara obyektif untuk pengembangan pekerja yang bersangkutan.
2.     Pengelolaan Sarana prasarana diklat
Sarana pelatihan adalah semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dalam proses pelaksanaan Diklat. Salah satu fungsi sarana Diklat adalah sebagai sumber belajar (learning resources). Pengelolaan sarana dan prasarana diklat yaitu upaya menyelenggarakan, menyusun dan mengatur seluruh sarana dan prasarana pelatihan melalui serangkaian kegiatan mulai perencanaan, pengadaan, pemerimaan, dan penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana pelatihan untuk membantu pelaksanaan proses pelatihan agar tujuan Diklat tercapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan sarana prasarana diklat meliputi:
a.      Perencanaan
Menyusun rencana sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pelatihan, penyusunan anggaran untuk sarpras meliputi biaya pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi.
b.     Pengadaan
Proses pengadaan bisa melalui pembelian langsung, penunjukan langsung, membeli bangunan jadi, menyewa bangunan,
c.      Pemakaian
Merupakan pendayagunaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pelatihan. Pemakaian dilakukan seefektif mungkin
d.     Pemeliharaan
Menjamin barang dan bahan diklat siap pakai setiap saat, mempertahankan masa pakai, mencegah kerusakan, mencegah kehilangan
e.        Inventarisasi
Kegiatan pencatatan sarana dan prasrana pelatihan dalam buku inventaris sesuai dengan yang telah ditetapkan.  Tujuan inventaris tertulis sebagai kontrol terhadap barang-barang milik organisasi.
3.     Pengelolaan Materi/ bahan ajar
Merupakan kegiatan yang dilakukan mulai dari penyusunan rencana, penyusunan bahan/materi, evaluasi, sampai penetapan bahan ajar/materi, agar dapat  mengefektifkan dan mengefisiensikan penyelenggaraan diklat.[3]
Efektivitas pelatihan mempengaruhi kualitas kinerja sumber daya manusia yang dihasilkan. Oleh karena itu efektif tidaknya pelatihan dilihat dari dampak pelatihan bagi organisasi dalam mncapai tujuan yang menjaditarget organisasi.
Menurut Henry Simamora (1987: 320) efektivitas diklat dapat dilihat dari :
1.       Reaksi perasaan partisipan terhadap program;
2.       Belajar-pengetahuan, keahlian, dan sikap-sikap yang diperoleh sebagai hasil dari pelatihan;
3.       Perilaku perubahan yang terjadi pada pekerjaan sebagai akibat dari pekerjaan;
4.       Hasil pelatihan pada keseluruhan, yaitu efektivitas organisasi atau pencapaian pada tujuan organisasional.[4]
Menurut Tamim dan Hermansjah (2002), efektivitas diklat terlihat antara lain dari:
1.     Terlaksananya seluruh program diklat sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan
2.     Rapinya penyelenggaraan seluruh kegiatan diklat berkat disiplin kerja, dedikasi dan kemampuan para penyelenggara
3.     Efisiensi dalam penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia
4.      Tercapainya sasaran yang telah ditetapkan bagi program diklat.[5]




IV.           Kesimpulan
Pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pencapaian kompetensi kediklatan pada mata diklat tertentu sangat bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah proses pelaksanaan pembelajaran. Dalam penyelenggaraan diklat, tahap/proses pelaksanaan adalah bagaian yang paling penting karena menyangkut efektif atau tidaknya ketercapaian tujuan diklat. Tujuan akhir diklat adalah untuk menambah skill atau kemampuan peserta diklat artinya ada dampak yang diterima dari pelatihan diklat tersebut.
            Penyelenggaraan diklat diawali dengan proses registrasi atau pendaftaran peserta, dengan prosedur-prosedur pendaftaran yang telah ditetapkan oleh institusi penyelenggara diklat. Pada proses pelaksanaan diklat ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, diantaranya: registrasi serta penataan peserta, kegiatan pembukaan, kegiatan inti, yaitu proses pembelajarannya, proses penutupan, serta efektivitas dan efisiensi pengelolaan diklat.
            Pelatihan dikatakan efektif apabila terlaksananya seluruh program-program dalam diklat sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Maka pelatihan yang efektif adalah pelatihan yang apabila dari pelatihan tersebut dapat menghasilkan sumber daya manusia yang meningkat kemampuannya, keterampilan, dan perubahan sikap yang lebih mandiri.
             
V.              Penutup
Demikian makalah ini kami buat. Semoga hadirnya makalah ini dapat menambah wawasan, pengetahuan bagi kami khususnya maupun pembaca. Masih banyak kekurangan dari makalah ini, untuk itu kritik dan saran sangat kami perlukan. Sekian dari kami mohon maaf apabila ada kesalahan,  atas perhatian pembaca kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Hasan Basri, Rusdiana. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung. Pustaka Setia: 2015.
http://www.academia.edu/8754644/Modul_manajemen_diklat




[1] Hasan Basri, Rusdiana. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan, (Bandung. Pustaka Setia: 2015), hlm. 86
[2] Hasan Basri, Rusdiana. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan, hlm. 87

[3] http://www.academia.edu/8754644/Modul_manajemen_diklat
[4] Hasan Basri, Rusdiana. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan, hlm. 114