MAKALAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN MUHAMMAD
IQBAL
I.
Pendahuluan
Dr. Sir Muhammad Iqbal, penyair,
pujangga dan filosof besar abad ke-20. Iqbal telah merekonstruksi sebuah
bangunan filsafat Islam yang dapat menjadi bekal individu-individu Muslim dalam pemikiran
pendidikan islam. Jika
diterapkan maka konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi
kemanusiaan dan sosial yang luas.
Di dalam kehidupannya Iqbal berusaha
secara serius terhadap perumusan dan pemikiran kembali tentang Islam. Ia
berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama lima ratus tahun terakhir
disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Artinya bahwa pintu Ijtihad telah ditutup. Iqbal ingin
berjuang untuk martabat bangsa dan umatnya. Saat itu, bangsa Muslim berada dalam
kemunduran dan penjajahan Barat. Iqbal merasa terpanggil untuk memperbaiki
nasib bangsa dan umatnya itu, salah satunya dengan pembaharuan pemikiran Islam
agar kontekstual dengan jiwa zaman saat itu.
Oleh karena
itu, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai seorang
pemikir, pujangga, pembaharu Islam Muhammad Iqbal, yang sangat berpengaruh dalam dunia
pendidikan.
II.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
riwayat hidup Muhammad Iqbal ?
2.
Bagaimana
pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan ?
3.
Apa saja karya-karya Muhammad Iqbal ?
III.
Pembahasan
1. Riwayat Hidup
Muhammad
Iqbal lahir pada tanggal 9 November 1877 di
Sialkot, Punjab kota peninggalan Dinasti Mughal India.[1]
Ayahnya bernama Syaikh Muhammad Nur, seorang tokoh sufi. Iqbal berasal dari
keluarga miskin, dengan mendapatkan beasiswa dia mendapat pendidikan bagus.
Keluarga Iqbal berasal dari keluarga Brahmana Kashmir yang telah memeluk agama
Islam sejak tiga abad sebelum kelahiran Iqbal, dan menjadi penganut agama Islam
yang taat. Pada tahun 1895 Iqbal
menyelesaikan study di Scottish dan pergi ke Lahore. Salah satu kota di India
yang menjadi pusat kebudayaan, pengetahuan dan seni. Di kota Lahore ini, sambil
melanjutkan pendidikan sarjananya ia mengajar filsafat di Government College.[2]
Pada tahun 1897 Iqbal memperoleh gelar B.A., kemudian ia mengambil program M.A.
dalam bidang filsafat. Pada saat itulah ia bertemu dengan Sir Thomas Arnold, orientalis Inggris yang terkenal yang
mengajarkan filsafat Islam di College tersebut. Dengan dorongan dan dukungan
dari Arnold, Iqbal menjadi terkenal sebagai salah satu pengajar yang berbakat
dan penyair di Lahore.[3] Bukunya The
Reconstruction of Religious Thought in Islam adalah hasil ceramah-ceramahnya dibeberapa Universitas di
India.[4]
Pada
tahun 1905, ia melanjutkan study di Trinity College, Universitas Cambridge. Selama
di lembaga ini ia banyak belajar pada JE. Mc Taggart (1866-1925), Iqbal
kemudian belajar di Universitas Munich selama dua semester. Di Munich ia meraih
gelar doktornya tahun 1907 docotis philosophy gradum dengan disertasi berjudul, The Development
of Metaphysics in Persia.[5] Ia
kembali ke London untuk belajar di bidang keadvokatan sambil mengajar bahasa
dan kesusastraan Arab di Universitas London.[6]
Akhir tahun 1926, Iqbal masuk kehidupan politik ketika
dipilih menjadi anggota DPR Punjab. Pada tahun 1930, ia bahkan ditunjuk sebagai
presiden siding Liga Muslim yang berlangsung di Allamabad. Kemudian ditahun
1932 ia diundang untuk menghadiri konferensi Meja Bundar di London. Pada tahun
1935 ia diangkat sebagai ketua Liga Muslim cabang Punjab dan terus berkomunikasi dengan Ali Jinnah
(1876-1948M). Ditahun 1933 ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas
Kabul. Dalam usia 62 tahun ia meninggal pada tanggal 20 April 1938.[7]
2. Pemikiran Muhammad
Iqbal tentang Pendidikan
Sebelum
mempelajari pandangan Muhammad Iqbal tentang pendidikan, hendaknya terlebih
dahulu mendalami konsep tentang individualitas.
a.
Konsep
Individualitas
Muhammad Iqbal
mencurahkan perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada peningkatan kembali
kedudukan individu dan pribadi dalam kehidupan insani. Menurut Iqbal
individualitas merupakan kesatuan yang riil, yang nyata dan merupakan landasan
dari keseluruhan organisasi kehidupan manusia.[8]
Iqbal berpendapat
bahwa semua organisme hidup
berjuang untuk mencapai
individualitas yang lebih kompleks dan sempurna. Untuk mencapai individualitas manusia
berusaha menunjukkan keunggulannya dengan gemilang dan memungkinkannya untuk
mengembangkan segala dayanya yang telah membuka kemungkinan baginya untuk
mengembangkan kebebasannya yang tak terbatas.[9]
Dalam
filsafatnya dijelaskan ada beberapa ciri manusia yang ideal untuk mencapai
individualitas,
di antaranya:
Hidup yang baik, adalah hidup yang penuh usaha dan
perjuangan, usaha itu tersebut hendaknya bersifat kreatif dan orisinil.[10]
Disamping itu Muhammad Iqbal juga mengemukakan mengenai tujuan
diselenggarakannya pendidikan Islam. Sebenarnya menurut dia pendidikan itu
diawali dari adanya rasa ego. Ego akan mengalami proses evolusi dan selalu
berjuang untuk mencapai kesempurnaan. Ego yang sempurna itulah menurut M. Iqbal
disebut sebagai insan kamil dan inilah yang menjadi tujuan pendidikan.
Pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai kebahagiaan hidup di akherat dalam
pengenalan jiwa dengan Tuhan.[11]
b.
Tujuan
Pendidikan
Pendidikan
menurut Muhammad Iqbal hendaknya bersifat dinamis dan kreatif dan diarahkan
untuk memupuk dan memberikan kesempatan gerak kepada manusia untuk menguasai
bidang seni dan ilmu pengetahuan.[12]
Tujuan akhir dari pendidikan, demikian juga tujuan paling
tinggi dari segala usaha dan gerakan sosial adalah dapat memperkokoh dan
memperkuat individualitas dari semua pribadi, sehingga mereka dapat menyadari
segala kemungkinan yang dapat saja menimpa mereka.[13] Untuk mencapai tujuan tersebut
pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi manusia yang
mencakup intelektual, fisik dan kemauan untuk maju.
Tujuan pendidikan harus mampu memecahkan masalah-masalah
baru dalam kondisi perorangan dan masyarakat atau menyesuaikan dengan kondisi
masyarakat.
Menurut Muhammad Iqbal, dalam kurikulum pendidikan haruslah
mencakup agama,
sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada umumnya Muhammad Iqbal
menggunakan kata “pengetahuan (knowledge) yang didasarkan pada panca indra.[14]
Pengetahuan dalam arti ini kepada manusia memberikan kekuasan yang harus
ditempatkan di bawah agama. Muhammad Iqbal berpendapat bahwa agama adalah suatu
kekuatan dan
kepentingan besar dalam dunia pendidikan. Pengertian dalam arti ini dipandang berfungsi sebagai
langkah pertama dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya. Oleh
karenanya kitab merupakan sarana dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Jadi
menurut Muhammad Iqbal, antara agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan secara
selaras, karena agama mampu menyiapkan manusia modern untuk memikul tanggung
jawab yang besar yang dimana ilmu pengetahuan juga pasti terlibat.
Pendidikan
merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok
masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau yang biasa disebut dengan
Insan Kamil. M. Iqbal menggambarkan manusia yang ideal atau sejati itu melalui
hasil karya-karyanya.
Pendidik
dalam menggali dan mengembangkan konsep pendidikannya akan mengkaji dan
meneliti hakikat individualitas dan lingkungan. Muhammad Iqbal berpendapat
bahwa tumbuh kembangnya individualitas tidak mungkin terjadi tanpa kontak
langsung dengan lingkungan yang konkrit dan dinamis.[15]
Sikap
pendidik yang baik menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan membangkitkan
kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi
dengan lingkungannya dan dengan jalan demikian merangsang pembentukan
sasaran-sasaran baru secara kreatif. Muhammad Iqbal kurang menyetujui
pendidikan sistem kelas, maksudnya guru yang mengurung siswanya diantara
keempat dinding kelasnya. Hal ini dikarenakan bahwa anak perlu berhubungan
dengan alam dalam setiap proses belajarnya, yaitu untuk menumbuhkan sikap
keingintahuan serta untuk menumbuhkan kreativitasnya.[16]
Peserta
didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadianya. Dilihat dari kedudukannya,
peserta didik adalah mahluk yang sedang berada dalam proses perkembangan
menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan
yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Pemikiran
Muhammad Iqbal tentang pendidikan khususnya pada peranan peserta didik adalah
berpangkal pada kebebasan manusia. Manusia merupakan ego yang memiliki
kebebasan untuk menentukan pilihan sendiri dengan segala konsekuensinya.
Dengan
kebebasannya itu, peserta didik memungkinkan untuk diarahkan agar memiliki
kreativitas berfikir tinggi sehingga dapat memunculkan inovasi-inovasi baru
yang dapat dipergunakan untuk menjawab berbagai tantangan dimasa sekarang dan
akan datang yang merupakan dampak negatif dari globalisasi dan industrialisasi.
Muhammad Iqbal sepenuhnya meyakini besarnya nilai kebudayaan suatu masyarakat
terhadap pendidikan serta terhadap hak pengembangan idividu.
3. Karya-karya
Muhammad Iqbal
a.
Asra-I Khudi (rahasia diri)
b.
The Recontruction of Religious Thought in Islam (pembinaan
kembali pemikiran keagamaan dalam islam).[17]
c.
The Development 0f Metaphysic in Persia (disertasi,
terbit di London, 1908)
d.
Rumuz-i
Bikhudi terbit pada tahun 1918 di Lahore. Buku ini
merupakan kelanjutan pemikiran mengenai insan kamil.
e.
Javid
Nama (Kitab
Keabadian), terbit di
Lahore pada tahun 1932.
f.
Zarb-I Kalim (Pukulan Nabi Musa) terbit di Lahore pada
tahun 1937.
g.
Bal-I Jibril (Lahore, 1938)
h.
Letters and writtings of Iqbal (Karachi, 1967
merupakan kumpulan surat dan artikel Iqbal)
IV.
Kesimpulan
Dari pembahasan
di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalm dunia pendidikan Muhammad Iqbal
sangat mementigkan konssep individualitas, yaitu peningkatan kembali kedudukan
individu dalam kehidupan insani. Tujuan akhir dari pendidikan adalah memperkuat
individualitas semua pribadi. Artinya bahwa manusia bertujuan untuk
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Dalam kurikulum pendidikan haruslah mencakup agama,
sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Agama merupakan suatu kekuatan darn
kepentingan besar dalam dunia pendidikan. Pengertian dalam arti ini dipandang
berfungsi sebagai langkah pertama dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang
sebenarnya. Jadi antara
agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan secara selaras.
Karya-karya Muhammad iqbal, antara lain: Asra-I Khudi,
The Recontruction of Religious Thought in Islam (pembinaan kembali pemikiran
keagamaan dalam islam), The Development 0f Metaphysic in Persia, Rumuz-i Bikhudi, Javid Nama, Zarb-I Kalim (Pukulan Nabi Musa) Lahore 1937, Bal-I Jibril (Lahore, 1938), Letters and writtings of Iqbal,
Musafir (Lahore, 1936).
V.
Penutup
Puji syukur Alhamdulillah makalah ini telah selesai kami buat, semoga
hadinya makalah ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca dan juga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca. Karena ilmu tidak
akan berkurang bila disebarkan kepada orang lain.. Masih banyak terdapat
kekurangan dalam makalah ini karena pembuat makalah ini hanya manusia biasa
yang penuh dengan kekhilafan untuk itu kritik dan saran sangatlah kami butuhkan
untuk membangun kreatifitas kami agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa
lebih baik lagi dari sekarang. Kami mohon maaf atas segala kekurangannya.
Sekian dan terimakasih.
Daftar
Pustaka
As-Said, Muhammad Filsafat Pendidikan
islam, Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2011
Nasution,
Harun Pembaharuan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang. 2001
Saiyidain,
K.G. Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, Bandung: Diponegoro.
1981
Sholeh, A. Khudori Filsafat Islam
dari Klasik Hingga Kontemporer, Yogyakarta: ArRuzz Media. 2014
http://kelompokfilsafatpendidikanislam.blogspot.com/2011/02/pemikiran-muhammad-iqbal.
html. Diakses pada 25 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar