Minggu, 03 Januari 2016

pemikiran pendidikan muhammad iqbal



MAKALAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN MUHAMMAD IQBAL
                     I.            Pendahuluan
          Dr. Sir Muhammad Iqbal, penyair, pujangga dan filosof besar abad ke-20. Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang dapat menjadi bekal individu-individu Muslim dalam pemikiran pendidikan islam. Jika diterapkan maka konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi kemanusiaan dan sosial yang luas.
     Di dalam kehidupannya Iqbal berusaha secara serius terhadap perumusan dan pemikiran kembali tentang Islam. Ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama lima ratus tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Artinya  bahwa pintu Ijtihad telah ditutup. Iqbal ingin berjuang untuk martabat bangsa dan umatnya. Saat itu, bangsa Muslim berada dalam kemunduran dan penjajahan Barat. Iqbal merasa terpanggil untuk memperbaiki nasib bangsa dan umatnya itu, salah satunya dengan pembaharuan pemikiran Islam agar kontekstual dengan jiwa zaman saat itu.
     Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai seorang pemikir, pujangga, pembaharu Islam Muhammad Iqbal, yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan.
                  II.            Rumusan Masalah
1.      Bagaimana riwayat hidup Muhammad Iqbal ?
2.      Bagaimana pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan ?
3.      Apa saja karya-karya Muhammad Iqbal ?
               III.            Pembahasan
1.      Riwayat Hidup
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 9 November 1877 di Sialkot, Punjab kota peninggalan Dinasti Mughal India.[1] Ayahnya bernama Syaikh Muhammad Nur, seorang tokoh sufi. Iqbal berasal dari keluarga miskin, dengan mendapatkan beasiswa dia mendapat pendidikan bagus. Keluarga Iqbal berasal dari keluarga Brahmana Kashmir yang telah memeluk agama Islam sejak tiga abad sebelum kelahiran Iqbal, dan menjadi penganut agama Islam yang taat.      Pada tahun 1895 Iqbal menyelesaikan study di Scottish dan pergi ke Lahore. Salah satu kota di India yang menjadi pusat kebudayaan, pengetahuan dan seni. Di kota Lahore ini, sambil melanjutkan pendidikan sarjananya ia mengajar filsafat di Government College.[2] Pada tahun 1897 Iqbal memperoleh gelar B.A., kemudian ia mengambil program M.A. dalam bidang filsafat. Pada saat itulah ia bertemu dengan Sir Thomas Arnold, orientalis Inggris yang terkenal yang mengajarkan filsafat Islam di College tersebut. Dengan dorongan dan dukungan dari Arnold, Iqbal menjadi terkenal sebagai salah satu pengajar yang berbakat dan penyair di Lahore.[3] Bukunya The Reconstruction of Religious Thought in Islam adalah hasil ceramah-ceramahnya dibeberapa Universitas di India.[4]
Pada tahun 1905, ia melanjutkan study di Trinity College, Universitas Cambridge. Selama di lembaga ini ia banyak belajar pada JE. Mc Taggart (1866-1925), Iqbal kemudian belajar di Universitas Munich selama dua semester. Di Munich ia meraih gelar doktornya tahun 1907 docotis philosophy gradum  dengan disertasi berjudul, The Development of Metaphysics in Persia.[5] Ia kembali ke London untuk belajar di bidang keadvokatan sambil mengajar bahasa dan kesusastraan Arab di Universitas London.[6]
Akhir tahun 1926, Iqbal masuk kehidupan politik ketika dipilih menjadi anggota DPR Punjab. Pada tahun 1930, ia bahkan ditunjuk sebagai presiden siding Liga Muslim yang berlangsung di Allamabad. Kemudian ditahun 1932 ia diundang untuk menghadiri konferensi Meja Bundar di London. Pada tahun 1935 ia diangkat sebagai ketua Liga Muslim cabang Punjab  dan terus berkomunikasi dengan Ali Jinnah (1876-1948M). Ditahun 1933 ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Dalam usia 62 tahun ia meninggal pada tanggal 20 April 1938.[7]

2.      Pemikiran Muhammad Iqbal tentang Pendidikan
                        Sebelum mempelajari pandangan Muhammad Iqbal tentang pendidikan, hendaknya terlebih dahulu mendalami konsep tentang individualitas.
a.      Konsep Individualitas
     Muhammad Iqbal mencurahkan perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada peningkatan kembali kedudukan individu dan pribadi dalam kehidupan insani. Menurut Iqbal individualitas merupakan kesatuan yang riil, yang nyata dan merupakan landasan dari keseluruhan organisasi kehidupan manusia.[8]
     Iqbal berpendapat bahwa semua organisme hidup berjuang untuk mencapai individualitas yang lebih kompleks dan sempurna. Untuk mencapai individualitas manusia berusaha menunjukkan keunggulannya dengan gemilang dan memungkinkannya untuk mengembangkan segala dayanya yang telah membuka kemungkinan baginya untuk mengembangkan kebebasannya yang tak terbatas.[9]
Dalam filsafatnya dijelaskan ada beberapa ciri manusia yang ideal untuk mencapai individualitas, di antaranya:
     Hidup yang baik, adalah hidup yang penuh usaha dan perjuangan, usaha itu tersebut hendaknya bersifat kreatif dan orisinil.[10] Disamping itu Muhammad Iqbal juga mengemukakan mengenai tujuan diselenggarakannya pendidikan Islam. Sebenarnya menurut dia pendidikan itu diawali dari adanya rasa ego. Ego akan mengalami proses evolusi dan selalu berjuang untuk mencapai kesempurnaan. Ego yang sempurna itulah menurut M. Iqbal disebut sebagai insan kamil dan inilah yang menjadi tujuan pendidikan. Pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai kebahagiaan hidup di akherat dalam pengenalan jiwa dengan Tuhan.[11]
b.      Tujuan Pendidikan
Pendidikan menurut Muhammad Iqbal hendaknya bersifat dinamis dan kreatif dan diarahkan untuk memupuk dan memberikan kesempatan gerak kepada manusia untuk menguasai bidang seni dan ilmu pengetahuan.[12]
Tujuan akhir dari pendidikan, demikian juga tujuan paling tinggi dari segala usaha dan gerakan sosial adalah dapat memperkokoh dan memperkuat individualitas dari semua pribadi, sehingga mereka dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat saja menimpa mereka.[13] Untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi manusia yang mencakup intelektual, fisik dan kemauan untuk maju.
Tujuan pendidikan harus mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kondisi perorangan dan masyarakat atau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Menurut Muhammad Iqbal, dalam kurikulum pendidikan haruslah mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada umumnya Muhammad Iqbal menggunakan kata “pengetahuan (knowledge) yang didasarkan pada panca indra.[14] Pengetahuan dalam arti ini kepada manusia memberikan kekuasan yang harus ditempatkan di bawah agama. Muhammad Iqbal berpendapat bahwa agama adalah suatu kekuatan dan kepentingan besar dalam dunia pendidikan. Pengertian dalam arti ini dipandang berfungsi sebagai langkah pertama dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya. Oleh karenanya kitab merupakan sarana dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Jadi menurut Muhammad Iqbal, antara agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan secara selaras, karena agama mampu menyiapkan manusia modern untuk memikul tanggung jawab yang besar yang dimana ilmu pengetahuan juga pasti terlibat. 
Pendidikan merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau yang biasa disebut dengan Insan Kamil. M. Iqbal menggambarkan manusia yang ideal atau sejati itu melalui hasil karya-karyanya.
Pendidik dalam menggali dan mengembangkan konsep pendidikannya akan mengkaji dan meneliti hakikat individualitas dan lingkungan. Muhammad Iqbal berpendapat bahwa tumbuh kembangnya individualitas tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit dan dinamis.[15]
Sikap pendidik yang baik menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan membangkitkan kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi dengan lingkungannya dan dengan jalan demikian merangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif. Muhammad Iqbal kurang menyetujui pendidikan sistem kelas, maksudnya guru yang mengurung siswanya diantara keempat dinding kelasnya. Hal ini dikarenakan bahwa anak perlu berhubungan dengan alam dalam setiap proses belajarnya, yaitu untuk menumbuhkan sikap keingintahuan serta untuk menumbuhkan kreativitasnya.[16]
Peserta didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadianya. Dilihat dari kedudukannya, peserta didik adalah mahluk yang sedang berada dalam proses perkembangan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan khususnya pada peranan peserta didik adalah berpangkal pada kebebasan manusia. Manusia merupakan ego yang memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan sendiri dengan segala konsekuensinya.
Dengan kebebasannya itu, peserta didik memungkinkan untuk diarahkan agar memiliki kreativitas berfikir tinggi sehingga dapat memunculkan inovasi-inovasi baru yang dapat dipergunakan untuk menjawab berbagai tantangan dimasa sekarang dan akan datang yang merupakan dampak negatif dari globalisasi dan industrialisasi. Muhammad Iqbal sepenuhnya meyakini besarnya nilai kebudayaan suatu masyarakat terhadap pendidikan serta terhadap hak pengembangan idividu.
3.      Karya-karya Muhammad Iqbal
a.      Asra-I Khudi (rahasia diri)
b.      The Recontruction of Religious Thought in Islam (pembinaan kembali pemikiran keagamaan dalam islam).[17]
c.       The Development 0f Metaphysic in Persia (disertasi, terbit di London, 1908)
d.      Rumuz-i Bikhudi terbit pada tahun 1918 di Lahore. Buku ini merupakan kelanjutan pemikiran mengenai insan kamil.
e.       Javid Nama (Kitab Keabadian), terbit di Lahore pada tahun 1932.
f.        Zarb-I Kalim (Pukulan Nabi Musa) terbit di Lahore pada tahun 1937.
g.      Bal-I Jibril (Lahore, 1938)
h.      Letters and writtings of Iqbal (Karachi, 1967 merupakan kumpulan surat dan artikel Iqbal)
i.        Musafir (Lahore, 1936).[18]
               IV.            Kesimpulan
    Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalm dunia pendidikan Muhammad Iqbal sangat mementigkan konssep individualitas, yaitu peningkatan kembali kedudukan individu dalam kehidupan insani. Tujuan akhir dari pendidikan adalah memperkuat individualitas semua pribadi. Artinya bahwa manusia bertujuan untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Dalam kurikulum pendidikan haruslah mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Agama merupakan suatu kekuatan darn kepentingan besar dalam dunia pendidikan. Pengertian dalam arti ini dipandang berfungsi sebagai langkah pertama dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya. Jadi antara agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan secara selaras.
Karya-karya Muhammad iqbal, antara lain: Asra-I Khudi, The Recontruction of Religious Thought in Islam (pembinaan kembali pemikiran keagamaan dalam islam), The Development 0f Metaphysic in Persia, Rumuz-i Bikhudi, Javid Nama, Zarb-I Kalim (Pukulan Nabi Musa) Lahore 1937, Bal-I Jibril (Lahore, 1938), Letters and writtings of Iqbal, Musafir (Lahore, 1936).
                  V.            Penutup
     Puji syukur Alhamdulillah makalah ini telah selesai kami buat, semoga hadinya makalah ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca dan juga dapat menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca. Karena ilmu tidak akan berkurang bila disebarkan kepada orang lain.. Masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini karena pembuat makalah ini hanya manusia biasa yang penuh dengan kekhilafan untuk itu kritik dan saran sangatlah kami butuhkan untuk membangun kreatifitas kami agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi dari sekarang. Kami mohon maaf atas segala kekurangannya. Sekian dan terimakasih.
Daftar Pustaka
As-Said, Muhammad Filsafat Pendidikan islam, Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2011
Nasution, Harun Pembaharuan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang. 2001
Saiyidain, K.G. Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, Bandung: Diponegoro. 1981
Sholeh, A. Khudori Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer, Yogyakarta: ArRuzz Media. 2014









                [1] A. Khudori Sholeh, Filsafat Islam dari Klasik Hingga Kontemporer (Yogyakarta:  ArRuzz Media.  2014)                 hlm. 348
                [2] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang.  2001) Hlm. 183
                [3] A. Khudori Sholeh, Filsafat Islam . . .hlm. 349
[4] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam. . . Hlm. 183
[5] A. Khudori Sholeh, Filsafat Islam. . .hlm. 349
                [6] A. Khudori Sholeh, Filsafat Islam. . .hlm. 350
                [7] A. Khudori Sholeh, Filsafat Islam. . .hlm. 351
[8] Muhammad As-Said, Filsafat Pendidikan islam (Yogyakarta: Mitra Pustaka.  2011)  hlm. 175
                [9] K.G. Saiyidain, Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan (Bandung: Diponegoro. 1981) hlm. 26
                [10] K.G. Saiyidain, Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan. . .hlm. 119
                [11] Muhammad As-Said, Filsafat Pendidikan islam. . .hlm. 177
                [12] K.G. Saiyidain, Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan. . .hlm. 170
[13] Muhammad As Said, Filsafat Islam. . . hlm. 178
[14] http://kelompokfilsafatpendidikanislam.blogspot.com/2011/02/pemikiran-muhammad-iqbal.html
[15] Muhammad As Said. . .hlm 179
                [16] http://kelompokfilsafatpendidikanislam.blogspot.com/2011/02/pemikiran-muhammad-iqbal.html
[17] Muhammad As Said. . .hlm 174
[18] A. Khudori Sholeh. . . hlm. 352

Tidak ada komentar:

Posting Komentar