SEJARAH BERDIRINYA PONPES FUTUHIYYAH MRANGGEN
Pondok Pesantren Futuhiyyah, terletak di kampung
Suburan Barat, Desa Mranggen, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak Jawa Tengah,
200 meter dari jalan raya Semarang – Purwodadi, KM 13,5
Menempati areal seluas 1.85 Ha. berada ditengah-tengah
perkampungan dengan batas- batas :
Sebelah
utara
: Pekuburan / Desa Brumbung
Sebelah tirnur
:
Perkampungan Suburan Timur
Sebelah selatan
: Perkampungan Suburan Tengah
Sebelah
barat
: Perkampungan Suburan Barat
II. SEJARAH BERDIRI
A. PERIODE AWAL :
Didirikan oleh Simbah KH. Abdurrahman bin Qosidil Haq
bin Abdullah Muhajir, kurang lebih pada tabun 1901. Secara outentik tahun
berdirinya belum dapat dipastikan, karena tidak ditemukan data yang kongkrit.
Hanya saja menurut cerita orang-orang tua, bahwa pada hujan abu akibat
meletusnya gwumg Kelud di permulaan abad 20, Pondok Pesantren Futuhiyyah sudah
berdiri, walaupun santrinya masih relatif sedikit, hanya dari daerab Mranggen
dan sekitamya.Mereka datang ngaji ke Pondok hanya pada malam hari karena pada
pagi harinya hllfUS pulang kerumah untuk membantu orang tua mereka, oleb.
karena itu disebut santri kalong.
Bermula hanya sebuah surau ( langgar ) yang sebagian
digunakan untuk tempat ibadah, mengaji dan musyawarah, sebagian lagi digunakan
tempat tinggal oleh santri.
Mereka belajar secara sederhana dan traditional
sekali, Yang diajarkan pada mulanya hanya : membaca Al-Qur'an, fashalatan,
kitab-kitab tatjamah atau kitab makna gandul, membiasakan bacaan Maulud Diba' -
Barzanji, bimbingan untuk mempraktekkan tasawwuf dengan melakukan dzikir ala
Thariqoh Qodiriyah wa-n Naqsyabandiyah dan diajak berguru kepada Simbah KH.
Ibrahim bin H. ThoOO Surodadi Menggolo, Brumbung (KH. Abdurrahman adalah badal Thoriqoh
Qodiriyah wan Naqsyabandiyah simbah KH. Ibrahim).
B. PERIODE PERTENGAHAN
Simbam. Abdul1ahman mengasuh Pondok Pantren Futuhiyyah
hingga akhir hayatnya pada tahun 1942 { peringatan hari wafat “Haul” nya
diselenggarakan setiap tanggal 12 Dzulhijjah }.
Tahun 1926 bertepatan dengan lahimya Nahdlatul Ulama
di Surabaya yang diikuti dengan berdirinya cabang NU di daerah Demak, KH Utsman
Abdurrahman dengan bantuan beberapa ternan pengurus NU Mranggen, mendirikan
Madrasah Diniyah Awaliyah.
Mulai Tahun 1927 tanggung jawab pengelolaan Pondok
Pesantren yang sudah mendirikan pindidikan formal tersebut diserahkan kepada
putera-putera beliau. Dan beliau masll membimbing, mengarahkan dan tnengontrol,
Hal tersebUt beliau lakukan, karena diharapkan untuk menjadikan mereka sebagai
kader-kadet yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat mengharuillkan nama baik
agama, nusa, bangsa dan keluarga.
Dan putera yang pertama kali beliau serahi estafet
kepemimpinah ialah putera sulung beliau, yaitu KH. Utsman Abdurrahman
sepulangnya dari Pondok Pesantren KH. Ma’shum Lasem, Rembang,
Pada awalnya KH. Utsman masih mempunyai banyak waktu
untuk mengurus Pondok Pesantren maupun Madrasah dan sekaligus mengurus Jam'iyah
Nahdlatul Ulama Cabang Mranggen, namup sete1ah urusan NU semakin menuntut
pengalr diannya lebih banyak, terutama dalam pembinaan generasi mudadengan
menyelenggarakan pelatihan wat dan kesenian rodatan serta tabligh ke desa:desa
pedalaman, akhimya urusan Pondok Pesantren dan Madrasah beliau serahkan kepada
adiknya ; KH. Muslih Abdurrahman (putera kedua KH. Abdlurrahman ) yang
kebetulan saat itu sedang liburan dari Pondok Pesantren Sarang Rembang.
Selama dua tahun ; 1931-1932, KH. Muslih Abdurrahman
harus mengemban amanat yang diberikan Orang tua dan kakaknya untuk mengelola
dan mengembangkan Pondok Pesantren dan Madrasah.
Semangatnya yang tinggi dalam menuntut dan mendalami
TImu membuat KH. Muslih Abdurrahman setelah mengejawantah Pondok Pesantren dan
Madrasah selama 2 tahun, beliau kembali ke Pondok Pesantren Termas, dan untuk
pengelolaan Pondok dan Madrasah diserahkan kepada adiknya : KH. Murodi
Abdurrahman (Putra ketiga KH. Abdurrahman).
Tahun 1936 KH. Muslih Abdurrahman pulang dari Pondok
Pesantren Termas kepemimpinan Pondok dan Madrasah kembali diserahkan dari KH.
Murodi kepada beliau, disamping KH. Murodi masih tetap membantu, bingga
akhirnya beliau dibuatkan Pondok sendin oleh Simbah KH. Abdurrahman terletak
diujung barat kampung Suburan Barat, berbatasan dengan kampmg Pmgkuran yang
diberi nama Pondok Pesantren AL- F ALAR (sekarang bemama Pondok Pesantren KH.
Murodi
Sedangkan KH. Ustman juga mendirikan Pondok Pesantren sendiri khusus putri,
yang terletak di JaIan Raya Mranggen dengan nama ANNURIYAH.
Dibawah kepemimpinan KH. Muslih yang kedua inilah,
Pondok Pesantren Futuhiyyah setapak demi setapak mulai berkembang dan mulai
menjadi tujuan para santri dari berbagai daerah yang menetap/mukim di pondok.
Kamar ( gothaan ) santri mulai dibangun dan didirikan, Langgar
(surau/Musholla) dibangun menjadi Masjid.
Pada tahun inilah ( 1936 ) pondok pesantren mulai
membuka Madrasah Tsanawiyah. Akan tetapi perkembangan Madrasah tidak sepesat
pondok, bahkan sempat terhenti, hal ini diakibatkan adanya perang, baik di masa
penjajahan Jepang dan masa perang Kemerdekaan.
·
Pada perang kemerdekaan I, Santri - santri yang
berusia belasan tahun ( santri kecil ) diungsikan ke desa Prampelan kecamatan
Sayung, desa asal Ibu Nyai Marfu'ah Siraj; istri KH. Muslih, dirasa masih
kurang aman para santri kecil tersebut dipindahkan dari Prampelan ke Desa
Tanggung, Kedungjati, Grobogan. Sementara para Santri yang berusia muda dan
besar ikut memanggul senjata untuk berjuang melawan penjajah merebut kemerdekaan
bersama-sarna dengan Laskar SABILILLAH dan HIZBULLAH yang berrmarkas di pondok,
bahkan Pondok pesantren Futuhiyyah dijadikan markas mereka untuk sektor
Semarang Tenggara.
·
Pada saat perang merebut kemerdekaan II, para santri
mengungsi ke desa Rimbu. Rejosari, kecamatan Karangawen hingga peperangan
berakhir. Setelah perang kemerdekaan II usai, para santri dan guru-gurunya
kembali ke pondok melanjutkan kegiatan belajar mengajar baik belajar secara non
formal di Pondok atau secara formal di Madrasah.
KH. Muslih dibantu beberapa adikdan kelurganya dengan
penuh tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi berusaha mengembangkan pondok
pesantren, dari sinilah kemudian pondok pesantren dari tahun ke tahun mengalami
perkembangan pesat yang berarti, sehingga beberapa lembaga barn dapat
didirikan, diantaranya :
- Tahun 1962 : Madrasah Aliyah Diniyah ( Sekolah lanjutan Tingkat Atas )
- Tahun 1963 : MadrasahWajib Belajar ( MWB ) I Madrasah Ibtidaiyah ( MI ).
Untuk menjawab tantangan zaman dan kebutuhan masyarakat
akan pendidikan, Pondokpesantren mendirikan :
- Tahun1966: Sekolah Persiapan Fakultas Hukum Islam (SPFHI )
Universitas NahdlatulU1arna Surakarta,
cabang Mtanggen.
- Tahun 1967 : Taman Kanak-kanak,
- Tahun 1972 : Sekolah UmumTingkat Pertama ( SMP ) dan
- Tahun 1978 : Fakultas Syari'ah UNNU,:fi1ial Surakarta.
Menyadari kelemahan managemen yang. diterapkan selarna
ini, KH. Muslih mengizinkan usulan putera-puteranyauntuk niendirikan Yayasan di
Pondok Pesantren, dan oleh karena itu padatahun 1977 dibentuklah yayasan
yang bemama :
Yayasan Futuhiyyah dengan nomor akte 13 tahun 1977 dan Notaris ; Rusybandi
Yahya, SH Sernarang.
Disamping pendidikan formal tersebut diatas, KH. Muslih selaku pengasuh
sentral yang dibantu adik; putera dan menantunya menyelenggarakan pengajian
klasik kitab kuning salafy secara wetonan atau sorogan diluar jam sekolah.
Bahkan dari semenjak beliau pulang dari pondok,
kemudian menetap dan mengejawantah pondok dan madrasah, sebagaimana di
Pondok-pondok lain setiap bulan Ramadhan selalu mengadakan pengajian kilatan (
pengajian kitab kuning salafy yang dikhatamkan dalam waktu singkat ), dimulai
dari pertengahan bulan sya'ban; tanggal 17 sampai 20 - 25 Ramadhan, kitab yang
pemah dibaca diantaranya ialah :
·
Kitab-kitab Fiqih dan Ushul fiqh :
1. Al-Muhazdzab.
2. Al-Qulyuby wa Umairoh.
3. Al-Mizan al-Sya'my Al-Kubro.
4. Fathu-l Mueen.
5. Fathu-l Wahhab;
6. Bidayah Al-Mujtahid
7. Jam'ul Jawami, Dll.
·
Kitab-kitab Alat (Qowa'id Al-Loughoh Al-Arabiyah) :
1. Syarah 100 Aqeel.
2. Dahlan Alfiyah.
3. Hasyiayah Khudhory.
4. Mughny-l Labib.
5. Uqudul luman, Dll.
·
Kitab- kitab Hadits :
1. Shahih Bukhon.
2. Shahih Muslim
3. Sunan Abi Dawud.
4. Sunan Nasa'ie.
5. Sman 100 Majah.
·
Kitab-kitab Tafsir :
1. Tafsir Munir Li-n NawawiAI-Bantany.
2. Tafsir NasafY, Dll.
Dan lain-lainnya, secara bergantian tiap ramadhan
kitab-kitab tersebut diatas. dibaca dan dikhatamkan dalam waktu sebagaimana
disebutkan diatas.
KH. Muslih mengasuh Pondok Pesantren hingga akhir
hayatnya, beliau wafat dalam perjalanan Ibadah Hajinya, pada hari Rabo ;
tanggal 12 Syawal 1401 H.
Bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 1981 M. di
Jeddah, Saudi Arabia, setelah melaksanakan ibadah yang diidam-idamkan ; Umrah
dalam bulan Ramadhan dan ziarah Rasul Allah SAW, beliau dimakamkan dipekuburan
Ma'la, Makkah AIMukarramah, bersebelahan dengan makam Sayyidatina Asma' Binti
Abu Bakar AsShiddiq Radhiyallahu anhum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar