Minggu, 03 Januari 2016

Sejarah berdirinya ponpes Futuhiyyah Mranggen




SEJARAH BERDIRINYA PONPES FUTUHIYYAH MRANGGEN

Pondok Pesantren Futuhiyyah, terletak di kampung Suburan Barat, Desa Mranggen, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak Jawa Tengah, 200 meter dari jalan raya Semarang – Purwodadi, KM 13,5
Menempati areal seluas 1.85 Ha. berada ditengah-tengah perkampungan dengan batas- batas :

Sebelah utara               : Pekuburan / Desa Brumbung
Sebelah tirnur              : Perkampungan Suburan Timur
Sebelah selatan                        : Perkampungan Suburan Tengah
Sebelah barat               : Perkampungan Suburan Barat

II. SEJARAH BERDIRI

A. PERIODE AWAL :

Didirikan oleh Simbah KH. Abdurrahman bin Qosidil Haq bin Abdullah Muhajir, kurang lebih pada tabun 1901. Secara outentik tahun berdirinya belum dapat dipastikan, karena tidak ditemukan data yang kongkrit. Hanya saja menurut cerita orang-orang tua, bahwa pada hujan abu akibat meletusnya gwumg Kelud di permulaan abad 20, Pondok Pesantren Futuhiyyah sudah berdiri, walaupun santrinya masih relatif sedikit, hanya dari daerab Mranggen dan sekitamya.Mereka datang ngaji ke Pondok hanya pada malam hari karena pada pagi harinya hllfUS pulang kerumah untuk membantu orang tua mereka, oleb. karena itu disebut santri kalong.

Bermula hanya sebuah surau ( langgar ) yang sebagian digunakan untuk tempat ibadah, mengaji dan musyawarah, sebagian lagi digunakan tempat tinggal oleh santri.

Mereka belajar secara sederhana dan traditional sekali, Yang diajarkan pada mulanya hanya : membaca Al-Qur'an, fashalatan, kitab-kitab tatjamah atau kitab makna gandul, membiasakan bacaan Maulud Diba' - Barzanji, bimbingan untuk mempraktekkan tasawwuf dengan melakukan dzikir ala Thariqoh Qodiriyah wa-n Naqsyabandiyah dan diajak berguru kepada Simbah KH. Ibrahim bin H. ThoOO Surodadi Menggolo, Brumbung (KH. Abdurrahman adalah badal Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah simbah KH. Ibrahim).


B. PERIODE PERTENGAHAN

Simbam. Abdul1ahman mengasuh Pondok Pantren Futuhiyyah hingga akhir hayatnya pada tahun 1942 { peringatan hari wafat “Haul” nya diselenggarakan setiap tanggal 12 Dzulhijjah }.
Tahun 1926 bertepatan dengan lahimya Nahdlatul Ulama di Surabaya yang diikuti dengan berdirinya cabang NU di daerah Demak, KH Utsman Abdurrahman dengan bantuan beberapa ternan pengurus NU Mranggen, mendirikan Madrasah Diniyah Awaliyah.

Mulai Tahun 1927 tanggung jawab pengelolaan Pondok Pesantren yang sudah mendirikan pindidikan formal tersebut diserahkan kepada putera-putera beliau. Dan beliau masll membimbing, mengarahkan dan tnengontrol, Hal tersebUt beliau lakukan, karena diharapkan untuk menjadikan mereka sebagai kader-kadet yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat mengharuillkan nama baik agama, nusa, bangsa dan keluarga.

Dan putera yang pertama kali beliau serahi estafet kepemimpinah ialah putera sulung beliau, yaitu KH. Utsman Abdurrahman sepulangnya dari Pondok Pesantren KH. Ma’shum Lasem, Rembang,

Pada awalnya KH. Utsman masih mempunyai banyak waktu untuk mengurus Pondok Pesantren maupun Madrasah dan sekaligus mengurus Jam'iyah Nahdlatul Ulama Cabang Mranggen, namup sete1ah urusan NU semakin menuntut pengalr diannya lebih banyak, terutama dalam pembinaan generasi mudadengan menyelenggarakan pelatihan wat dan kesenian rodatan serta tabligh ke desa:desa pedalaman, akhimya urusan Pondok Pesantren dan Madrasah beliau serahkan kepada adiknya ; KH. Muslih Abdurrahman (putera kedua KH. Abdlurrahman ) yang kebetulan saat itu sedang liburan dari Pondok Pesantren Sarang Rembang.

Selama dua tahun ; 1931-1932, KH. Muslih Abdurrahman harus mengemban amanat yang diberikan Orang tua dan kakaknya untuk mengelola dan mengembangkan Pondok Pesantren dan Madrasah.

Semangatnya yang tinggi dalam menuntut dan mendalami TImu membuat KH. Muslih Abdurrahman setelah mengejawantah Pondok Pesantren dan Madrasah selama 2 tahun, beliau kembali ke Pondok Pesantren Termas, dan untuk pengelolaan Pondok dan Madrasah diserahkan kepada adiknya : KH. Murodi Abdurrahman (Putra ketiga KH. Abdurrahman).

Tahun 1936 KH. Muslih Abdurrahman pulang dari Pondok Pesantren Termas kepemimpinan Pondok dan Madrasah kembali diserahkan dari KH. Murodi kepada beliau, disamping KH. Murodi masih tetap membantu, bingga akhirnya beliau dibuatkan Pondok sendin oleh Simbah KH. Abdurrahman terletak diujung barat kampung Suburan Barat, berbatasan dengan kampmg Pmgkuran yang diberi nama Pondok Pesantren AL- F ALAR (sekarang bemama Pondok Pesantren KH. Murodi

Sedangkan KH. Ustman juga mendirikan Pondok Pesantren sendiri khusus putri, yang terletak di JaIan Raya Mranggen dengan nama ANNURIYAH.

Dibawah kepemimpinan KH. Muslih yang kedua inilah, Pondok Pesantren Futuhiyyah setapak demi setapak mulai berkembang dan mulai menjadi tujuan para santri dari berbagai daerah yang menetap/mukim di pondok. Kamar ( gothaan ) santri mulai dibangun dan didirikan, Langgar (surau/Musholla) dibangun menjadi Masjid.


Pada tahun inilah ( 1936 ) pondok pesantren mulai membuka Madrasah Tsanawiyah. Akan tetapi perkembangan Madrasah tidak sepesat pondok, bahkan sempat terhenti, hal ini diakibatkan adanya perang, baik di masa penjajahan Jepang dan masa perang Kemerdekaan.

·         Pada perang kemerdekaan I, Santri - santri yang berusia belasan tahun ( santri kecil ) diungsikan ke desa Prampelan kecamatan Sayung, desa asal Ibu Nyai Marfu'ah Siraj; istri KH. Muslih, dirasa masih kurang aman para santri kecil tersebut dipindahkan dari Prampelan ke Desa Tanggung, Kedungjati, Grobogan. Sementara para Santri yang berusia muda dan besar ikut memanggul senjata untuk berjuang melawan penjajah merebut kemerdekaan bersama-sarna dengan Laskar SABILILLAH dan HIZBULLAH yang berrmarkas di pondok, bahkan Pondok pesantren Futuhiyyah dijadikan markas mereka untuk sektor Semarang Tenggara.
·         Pada saat perang merebut kemerdekaan II, para santri mengungsi ke desa Rimbu. Rejosari, kecamatan Karangawen hingga peperangan berakhir. Setelah perang kemerdekaan II usai, para santri dan guru-gurunya kembali ke pondok melanjutkan kegiatan belajar mengajar baik belajar secara non formal di Pondok atau secara formal di Madrasah.

KH. Muslih dibantu beberapa adikdan kelurganya dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi berusaha mengembangkan pondok pesantren, dari sinilah kemudian pondok pesantren dari tahun ke tahun mengalami perkembangan pesat yang berarti, sehingga beberapa lembaga barn dapat didirikan, diantaranya :
  • Tahun 1962     : Madrasah Aliyah Diniyah ( Sekolah lanjutan Tingkat Atas )
  • Tahun 1963     : MadrasahWajib Belajar ( MWB ) I Madrasah Ibtidaiyah ( MI ).

Untuk menjawab tantangan zaman dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan, Pondokpesantren mendirikan :
  • Tahun1966: Sekolah Persiapan Fakultas Hukum Islam (SPFHI )
  Universitas NahdlatulU1arna Surakarta, cabang Mtanggen.
  • Tahun 1967     : Taman Kanak-kanak,
  • Tahun 1972     : Sekolah UmumTingkat Pertama ( SMP ) dan
  • Tahun 1978     : Fakultas Syari'ah UNNU,:fi1ial Surakarta.

Menyadari kelemahan managemen yang. diterapkan selarna ini, KH. Muslih mengizinkan usulan putera-puteranyauntuk niendirikan Yayasan di Pondok Pesantren, dan oleh karena itu padatahun 1977 dibentuklah yayasan yang bemama :
Yayasan Futuhiyyah dengan nomor akte 13 tahun 1977 dan Notaris ; Rusybandi Yahya, SH Sernarang.

Disamping pendidikan formal tersebut diatas, KH. Muslih selaku pengasuh sentral yang dibantu adik; putera dan menantunya menyelenggarakan pengajian klasik kitab kuning salafy secara wetonan atau sorogan diluar jam sekolah.

Bahkan dari semenjak beliau pulang dari pondok, kemudian menetap dan mengejawantah pondok dan madrasah, sebagaimana di Pondok-pondok lain setiap bulan Ramadhan selalu mengadakan pengajian kilatan ( pengajian kitab kuning salafy yang dikhatamkan dalam waktu singkat ), dimulai dari pertengahan bulan sya'ban; tanggal 17 sampai 20 - 25 Ramadhan, kitab yang pemah dibaca diantaranya ialah :

·         Kitab-kitab Fiqih dan Ushul fiqh :
1. Al-Muhazdzab.
2. Al-Qulyuby wa Umairoh.
3. Al-Mizan al-Sya'my Al-Kubro.
4. Fathu-l Mueen.
5. Fathu-l Wahhab;
6. Bidayah Al-Mujtahid
7. Jam'ul Jawami, Dll.

·         Kitab-kitab Alat (Qowa'id Al-Loughoh Al-Arabiyah) :
1. Syarah 100 Aqeel.
2. Dahlan Alfiyah.
3. Hasyiayah Khudhory.
4. Mughny-l Labib.
5. Uqudul luman, Dll.

·         Kitab- kitab Hadits :
1. Shahih Bukhon.
2. Shahih Muslim
3. Sunan Abi Dawud.
4. Sunan Nasa'ie.
5. Sman 100 Majah.

·         Kitab-kitab Tafsir :
1. Tafsir Munir Li-n NawawiAI-Bantany.
2. Tafsir NasafY, Dll.

Dan lain-lainnya, secara bergantian tiap ramadhan kitab-kitab tersebut diatas. dibaca dan dikhatamkan dalam waktu sebagaimana disebutkan diatas.

KH. Muslih mengasuh Pondok Pesantren hingga akhir hayatnya, beliau wafat dalam perjalanan Ibadah Hajinya, pada hari Rabo ; tanggal 12 Syawal 1401 H.

Bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 1981 M. di Jeddah, Saudi Arabia, setelah melaksanakan ibadah yang diidam-idamkan ; Umrah dalam bulan Ramadhan dan ziarah Rasul Allah SAW, beliau dimakamkan dipekuburan Ma'la, Makkah AI­Mukarramah, bersebelahan dengan makam Sayyidatina Asma' Binti Abu Bakar As­Shiddiq Radhiyallahu anhum


Tidak ada komentar:

Posting Komentar